"Siapa yang pesenin gue paket?"
Di sepanjang perjalanan menuju rumah sederhana yang akan Athalla kunjungi, lelaki itu terus saja bertanya kepada dirinya sendiri.
Siapa orang baik yang sudah rela mengeluarkan uangnya hanya untuk membelikan dirinya makanan?
Athalla benar-benar merasa pusing!
Jika selama ini dirinya sering membuat semua guru merasa pusing karena tingkahnya, mungkin inilah balasan dari Tuhan atas perbuatannya yang sedikit menjengkelkan! Hanya karena makanan yang ia bawa saja itu sudah membuat kepala Athalla terasa ingin pecah, pikirannya terlalu larut memikirkan siapa orang baik itu?
Namun, di sisi lain. Balasan ini terlalu nikmat untuk ia dapatkan, perutnya terasa sangat lapar. Nanti, ketika dirinya sudah sampai di rumah sederhana itu. Athalla ingin memberikan makanan ini sebagian kepada anak-anak jalanan yang ia rawat, memakannya secara bersama-sama akan terasa lebih nikmat sepertinya.
Makanan ini cukup banyak jika harus di habiskan oleh satu orang saja, tiga bungkus makanan. Perut Athalla tidak mungkin bisa menampung semua makanan itu sendirian.
"Mana pas banget lagi, kalau gue lagi laper!"
"Siapapun lo, thanks."
Ternyata memang benar, jika Tuhan itu maha baik. Tidak mendapatkan jatah makanan dari rumahnya sendiri, Athalla justru mendapatkan makanan itu dari luar. Jika di bandingkan dengan sang ayah, sepertinya orang misterius itu lebih baik.
Tidak ingin melihatnya kelaparan, tidak seperti ayahnya yang tidak memperdulikannya. Bahkan, hari ini ayahnya tidak memberinya uang jajan. Beruntung sekali bensin pada motornya masih penuh, jika tidak, maka Athalla akan terbaring di kamarnya tanpa bisa pergi kemanapun.
Pergi ke sekolah, juga tidak dapat melihat senyuman anak-anak itu.
Brakk
Terlalu larut dalam memikirkan kejadian yang menurutnya terasa aneh, Athalla seolah hilang fokus dalam menyetir motornya. Membawa motor itu hingga oleng, dengan berakhir jatuh ke aspal sana.
"Ashh, tangan gue!" Athalla meringis, tentu saja sebelah tangannya merasakan sakit.
Tangan Athalla berhasil menyentuh aspal hingga sedikit mengeluarkan darah segar, rasanya terasa perih.
"Kak, kakak nggak apa-apa?" tanya anak kecil yang kini menghampiri Athalla tanpa berniat untuk membantu membenarkan motor Athalla yang kini terguling, anak itu cukup sadar diri. Dirinya tidak akan bisa mengangkat motor itu, tubuhnya lebih kecil jika di bandingkan dengan motor besar milik Athalla.
"Enggak apa-apa gimana? Lo nggak liat gue jatuh?" Athalla menyentak anak itu, dirinya sedikit kesal. Jika saja ini bukan ulahnya, mungkin Athalla tidak akan memarahinya seperti ini.
Bersamaan dengan Athalla yang terus memikirkan makanan yang ia dapatkan, di saat itu pula kedua anak tengah menyeberang dengan sangat tidak hati-hatinya.
Anak itu menyeberang dengan berlari, beruntung jalanan itu terlihat sepi. Jika saja ada pengendara lain yang melintas, sudah dapat Athalla pastikan jika salah satu dari mereka akan tertabrak.
Sekarang, Athalla yang menjadi korban. Menghindari kedua bocah itu dengan segera membelokkan motornya hingga menabrak pembatas jalan. Paling tidak, dirinya tidak menabrak bocah itu.
"Maaf, Kak." Salah satu anak itu sedikit ketakutan kala melihat bagaimana reaksi Athalla yang kini terlihat menahan kesal.
"Lagian lo ngapain, sih. Nyeberang nggak liat-liat?" tanya Athalla sembari mengangkat motornya yang terjatuh, membuat luka di sikutnya terasa semakin perih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Belum Usai [END]
Teen FictionKenapa prinsip hidup sebagian orang begitu bodoh? Menyembunyikan semuanya tanpa ingin ada orang lain yang mengetahui, bukankah itu akan semakin menyiksa diri sendiri? Tidak apa jika dirimu di anggap lemah. Itu artinya, kamu masih benar-benar merasak...