Layaknya matahari dan bulan, yang mampu menyinari dunia pada saat yang sudah di tentukan. Begitupun dengan manusia, roda kehidupan itu berputar, sesuai dengan bagaimana kemampuan kita dalam mengayuhnya.
Tidak mengapa jika dirimu bergerak lambat, tidak perduli jika dirimu terjatuh hingga berkali-kali. Jangan berhenti, teruslah melangkah. Sebab kebahagian itu pasti, berusahalah lebih keras untuk meraihnya!
.
.
.
.
.
Happy Reading ManizSetelah kejadian yang menimpa sang adik beberapa hari yang lalu, sifat Athalla benar-benar menjadi semakin protektif.
Awalnya Erik merasa risih dengan perlakuan Athalla terhadap dirinya. Bagaimana tidak, ia merasa seperti anak kecil yang sedang di awasi oleh pengasuhnya. Namun meskipun begitu, ada perasaan senang dari dalam hatinya kini.
Sisi lain yang Athalla miliki, kini terlihat jelas. Kakaknya memiliki kepedulian yang memang setinggi itu ketika dirinya sudah menyayangi sesuatu, seakan menjaga barang berharga, Athalla akan merawat juga menjaganya agar sesuatu yang berharga itu tidak tergores.
"Bang?" tanya Erik dengan menatap wajah sang kakak yang kini tengah sibuk.
"Apaan?" jawabnya malas.
"Nanti malem lo mau, 'kan, tidur bareng gue?"
"Lo pikir gue cowok apaan? Yang bener aja lo ngajak gue tidur bareng, gue masih normal kali!"
Athalla yang semula sibuk menenggelamkan wajahnya terhadap tumpuan tangan, kini segera bangkit kala mendengar Erik berbicara seperti itu.
Apa maksudnya dengan tidur bersama? Apa otak adiknya itu sudah tidak normal?
"Sumpah, ya. Otak orang dewasa emang beda!"
Ingin sekali Erik membenturkan kepala kakaknya agar otaknya dapat bekerja dengan baik, namun ia tidak seberani itu untuk melakukannya.
Erik masih sangat menyayangi hatinya yang lembut mudah tersentuh, ia hanya tidak ingin hatinya kembali merasakan sakit mengingat kakaknya pasti akan mengeluarkan jurus andalannya nanti. Tatapan yang tajam juga perkataan yang terdengar menusuk. Sebisa mungkin, Erik harus terhindar dari masalah ini untuk sementara waktu.
"Umur kita sama asal lo tau!" ucap Athalla menatap Erik kesal.
Athalla tentu saja tidak terima, usia keduanya sama. Hanya selisih 10 menit saja, jika Erik menganggap Athalla mempunyai pikiran kotor seperti itu, lalu apa bedanya dengan dirinya?
Benar-benar konyol!
"Iya, maksud gue gak gitu."
"Akhir-akhir ini gue sering mimpi aneh, lo mau nemenin gue, 'kan? Kalau di tengah perjalanan tidur gue terus gue kenapa-kenapa, paling engga ada lo di samping gue!" sambung Erik terdengar serius, namun tetap saja sang kakak menanggapinya biasa saja.
"Ngaco lo!"
"Gue serius, yaelah!"
Terkadang, Erik merasa jengkel dengan sikap kakaknya sendiri. Seperti halnya sekarang ini, padahal ia sungguh-sungguh dengan ucapannya.
Akhir-akhir ini dirinya memang sering bermimpi aneh, entah siapa orang yang selalu mendatangi dirinya di dalam mimpi.
Seorang nenek tua dengan pakaian serba putih, namun meskipun begitu, aura nenek itu terasa berbeda membuatnya sedikit merasa nyaman kala berada di dekatnya.
Wajah yang terlihat putih berseri, juga senyuman tulus itu terasa hangat. Jika di pikir-pikir, sosok nenek itu mengingatkannya dengan ibunya yakni Airin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Belum Usai [END]
Teen FictionKenapa prinsip hidup sebagian orang begitu bodoh? Menyembunyikan semuanya tanpa ingin ada orang lain yang mengetahui, bukankah itu akan semakin menyiksa diri sendiri? Tidak apa jika dirimu di anggap lemah. Itu artinya, kamu masih benar-benar merasak...