Part 9

499 25 0
                                    

Pagi ini cuaca sedikit mendung, sama halnya dengan perasaan Erik yang terasa tidak bersemangat. Wajahnya terlihat lesu, juga sedikit pucat.

Kejadian kemarin membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak, bayangan tentang wajah Athalla saat itu cukup sukses membuat kenikmatan tidurnya hilang. Lelaki itu bahkan hanya tidur dua jam saja, rasanya sangat gelisah.

Mobil hitam yang selalu mengantar juga menjemput Erik kini terhenti di tepi jalan. Padahal, sekolah Erik masih lumayan jauh dari tempatnya sekarang berada.

"Mobilnya kenapa, pak Adi?" Erik bertanya pada seseorang yang masih setia duduk di bangku depan sana, yang tidak lain adalah pak Adi-supir pribadi Airin yang beberapa hari ini sering mengantarnya ke sekolah.

"Mogok, Den."

Athalarik menghela nafasnya pelan, sudah dirinya duga jika mobil yang ia tumpangi ini sedang mengamuk.

"Yaudah kalau gitu pak Adi urus mobilnya, aku mau berangkat sendiri" Erik berucap sembari membuka pintu mobil, membawa seluruh tubuhnya untuk segera keluar dari ruangan pengap itu.

Rasanya sangat segar, Erik bisa menghirup udara segar sepuasnya. Tidak seperti tadi yang hanya menghasilkan udara sedikit pengap, juga bau pengharum yang selalu setia menggantung di dalam mobil itu.

Ini mobil Mamanya, wanita itu memang menyukai apapun yang berbau buah. Terutama dengan jeruk, namun sepertinya Erik tidak menyukainya. Walaupun lelaki itu menyukai buah jeruk, tetapi berada dalam ruangan seperti ini bersama pengharum jeruk membuatnya terasa sedikit mual.

"Jangan, Den. Nanti ibu marah," ucap pak Adi sedikit memohon, ia harus bisa membujuk anak majikannya agar menurut. Tidak ingin majikannya menegurnya, sebab, Erik bilang dirinya sedikit tidak enak badan tadi.

"Mama orang baik, nggak mungkin marahin pak Adi. Aku berangkat dulu, ya. Pak Adi hati-hati." Erik berucap dengan melangkahkan kedua kakinya meninggalkan pak Adi yang sedikit khawatir.

Anak itu memang sedikit keras kepala, bagaimana jika ibunya menegurnya nanti? Apa ia harus menyalahkan mobilnya yang mogok?

Lelaki berseragam SMA itu terus saja menyusuri jalanan Kota Jakarta yang lumayan ramai, ini waktunya untuk semua orang memulai segala aktifitasnya masing-masing. Termasuk, dengan Erik.

Athalarik tidak ingin terlambat hanya karena mobilnya yang mogok, membiarkan kaki jenjangnya berjalan mengikuti arah yang sering dirinya lewati. Walaupun, kali ini harus dengan berjalan kaki.

"Ini taksi pada kemana, sih? Udah pada kaya atau gimana?"

Sesekali, lelaki itu menggerutu karena kesal. Sudah beberapa menit dirinya menunggu kendaraan, tetapi tetap saja tidak ada yang melewatinya.

Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Erik anggap, pagi ini adalah pagi yang paling menyebalkan!

"Ashh."

Langkah Athalarik terhenti kala bagian tubuhnya merasakan sesuatu, sakit. Dada Erik terasa sakit, rasanya seperti di tusuk pisau.

Apa karena Athalarik kelelahan? Padahal dirinya baru berjalan sebentar, walaupun sampai mobil mogoknya tidak terlihat.

Lelaki itu menyeluruh, membiarkan seluruh tubuhnya merosot ke atas aspal. Tidak perduli dengan tatapan orang-orang yang menganggapnya heran, tidak sedikit juga yang menatapnya iba. Namun, lucunya. Merek hanya menatap, tidak menolong barang sedikitpun.

Tidak apa, Erik tau jika mereka juga sedang sibuk.

"Jangan sekarang, gue mohon!" Lelaki itu terus bergumam, tangannya tidak henti-hentinya menekan dadanya yang terasa sakit. Bahkan, Erik sampai memukulnya hingga beberapa kali. Berharap, agar rasa sakit itu cepat hilang.

Semua Belum Usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang