Siang ini, suasana hati Erik tidak secerah matahari yang terlihat biru juga menghangatkan. Hati kecilnya terusik akan ingatan kejadian kemarin, untuk pertama kalinya, ayahnya menamparnya tanpa ragu. Tidak ada penyesalan dari wajah pria yang di anggapnya ayah itu, wajah Tomy masih sama, terlihat biasa saja seakan tamparan yang dirinya layangkan sudah biasa ia lakukan.
Mungkin memang benar, tetapi itu ia lakukan hanya kepada Athalla. Lalu bagaimana dengan Athalarik?
Erik yakin, jika ayahnya seringkali menampar Athalla tanpa ingin anak itu bercerita, juga Erik sangat yakin jika perubahan sikap sang kakak karena akibat dari tekanan ayahnya selama ini.
Sekarang, Erik sudah mengetahui bagaimana kehidupan Athalla yang sesungguhnya. Di balik sikap acuhnya, ternyata kehidupan Athalla memang tidak seberuntung dirinya. Walaupun, Athalla tidak mengetahui bagaimana kondisi Erik yang sebenarnya. Tidak apa, anak itu tidak ingin menambah beban Athalla dengan kondisi fisiknya yang jauh dari kata baik.
"Rik?"
"Iya."
"Lo kenapa dah, dari tadi diem mulu. Sariawan, lo?" ucap Athalla heran kala melihat adiknya yang tidak seperti biasanya.
Sedari tadi, Erik hanya duduk di atas kursi kantin. Makanan yang sudah ia pesan belum kunjung ia sentuh. Hanya mengaduk-aduk jus kesukaannya dengan pandangan tanpa arah, anak itu melamun tanpa ingin melakukan banyak hal. Di dalam isi kepalanya hanya ada satu nama yang mengusiknya, ayahnya.
"Enggak," balas Erik dengan menundukkan kepalanya menatap jus yang masih terus ia aduk.
"Hmm."
Athalla mengangguk tanpa ingin bertanya lebih banyak, anak itu terlalu malas sejujurnya. Bertanya lebih banyak kepada orang lain bukan urusannya, lalu untuk apa? Athalla tidak ingin membuang suaranya begitu saja, lebih memilih kembali menyantap makanan yang sempat ia abaikan untuk beberapa saat.
"Bang?"
"Apaan?" Athalla yang sedang sibuk memakan nasi goreng pesanannya kini menatap Erik datar, mulutnya tidak berhenti mengunyah. Sebab, dirinya benar-benar merasa lapar sekarang.
"Mama gimana kabarnya?" tanya Erik dengan raut wajah yang terlihat tidak biasa.
Sudah lama Athalarik tidak bertegur sapa dengan sang ibu yang selama ini memanjakan dirinya. Erik rindu, sangat merindukan wanita yang telah melahirkan dirinya.
Kedekatan bersama Airin yang terbilang sangat dekat, Erik tidak bisa berbohong jika dirinya ingin bertemu dengan ibunya saat ini. Berlama-lama tidak menatap wajah sang ibu membuat hati Erik tidak tenang jika kalian ingin tahu.
Jujur saja, Erik merasa kehilangan. Walaupun, ia sendiri masih mempunyai kesempatan untuk menemui ibunya kapan saja yang ia mau. Namun mau bagaimana lagi? Posisinya sudah tidak seperti dulu, Erik tidak mungkin menemui ibunya begitu saja. Ada sosok Athalla, yang kini sedang menggantikan dirinya di tempat sana.
Erik hanya bisa pasrah, menunggu momen berharga seperti yang selama ini ia panjatkan kepada Tuhan. Berkumpul bersama keluarganya seperti dulu, Erik sangat menanti itu.
"Sehat walafiat."
"Bagus kalau gitu." Erik menghela nafasnya perlahan, merasa sedikit lega sebab ibunya baik-baik saja di sana.
"Lo, kangen Mama?" tanya Athalla sedikit serius.
Anak itu yakin jika adiknya ini amat sangat merindukan ibunya, Athalla tau bagaimana hubungan keduanya sedari dulu. Sejak kecil, Erik sangat manja terhadap sang ibu, wajar saja, ayahnya tidak terlalu memperdulikan adiknya pada saat itu. Semua perhatian ayahnya ia limpahkan kepada dirinya, itu memang dulu. Namun sekarang, seolah dunia berbalik begitu cepat, sifat hangat dari sang ayah tidak dapat lagi ia dapatkan. Semuanya berubah ketika kedua orangtuanya memutuskan untuk berpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Belum Usai [END]
JugendliteraturKenapa prinsip hidup sebagian orang begitu bodoh? Menyembunyikan semuanya tanpa ingin ada orang lain yang mengetahui, bukankah itu akan semakin menyiksa diri sendiri? Tidak apa jika dirimu di anggap lemah. Itu artinya, kamu masih benar-benar merasak...