Sinom 8. Sambung

6.1K 645 87
                                    

Berakit-rakit dahulu, Berenang ke tepian, Lebih baik di vote dulu, Lanjut baca kemudian.

Terima kasih 🙏

.

.

"Ikut PSHT, yok!"

.

Bu Darti tak henti henti nya menangis walau tetap mengompres mata kiri Janu yang membiru. Janu hanya bisa sesekali tertunduk lesu menyesali apa yang sudah dia lakukan di samping sekolah tadi.

Tentang bagaimana dia, Irwan dan juga Zaki yang mampu menghalau murid SMP lain yang jelas-jelas bertindak vandalisme ke tembok luar sekolah. Setidaknya dia puas, tingkah badung nya sedikit berguna menghajar para bajingan kecil itu.

"Ibuk ki capek lho Nu nak terus terusan di panggil ke sekolah. Kamu apa ndak mesakkne ibuk??"

Janu tak tega jika harus terus menerus menatap mata ibu nya yang makin sembab. Mata Janu pula berair namun dia menahan agar tangis tak jatuh. Dia hanya tak mau semakin menambah kesedihan.

Rasanya sia-sia jika harus menjelaskan semuanya mendetail ke ibuk, Janu paham sudah akan respon ibuk nya nanti.

Dari balik ambang pintu kamar mas nya, Janu mengintip mas Ndaru yang sibuk merapikan tugas sekolah. Dia menelan ludah antara ingin dan ragu untuk sekedar ngobrol sama mas nya.

"Masuk aja, Nu. Rak usah wedi." ucap Ndaru dengan senyum tipis di ujung bibir nya.

Janu pun masuk dan duduk di pinggir ranjang. Mengamati mas nya yang begitu sibuk dengan tugas tugas yang tak tau itu apa.

"Mas Ndaru."

"Dalem."

Berat rasanya untuk sekedar mengatakan sesuatu. Apa yang dia lakukan tadi mungkin sudah melebihi batas. Dia takut mas Ndaru tak lagi mau melindungi nya.

"Ma..maapin Janu yo mas. Janu... Janu..."

Ungkapan nya terbata-bata, meremas jari juga tertunduk malu. Tapi seketika pula dia tertegun dengan respon mas Ndaru.

"Hebat kamu, Nu!"

Seketika pula dia mengangkat pandangan kala Ndaru berdiri dan mengusap rambut nya. Senyum teduh Ndaru selalu sukses membuat Janu tenang walau kini selaput mata kirinya tak sepenuhnya bisa terbuka. Lebam biru itu sejujurnya tak banyak merubah rupa tampan Janu.

"Mas gak marah sama Janu?"

"Loh, marah kenapa? Justru mas bangga sama kamu lho. Mas itu baru tau kalo ternyata kamu berani bertindak kaya gitu."

Masih dalam lingkup bingung juga tak paham apa maksud Ndaru, Janu cuma mengulum bibir seraya mengikuti arah langkah Ndaru yang kini duduk di samping nya.

"Ikut PSHT, yok."

Janu mengerling mata menyelam dalam pikiran. "Ndak ah mas. Janu ndak suka. Janu takut kalo Janu ikut PSHT nanti Janu malah gede palanya. Janu takut kalo nanti udah pinter silat malah buat pamer."

Mendengar semua celotehan adek bungsu nya itu, Ndaru makin merekah senyum nya. Elusan di rambut Janu tanpa henti Ndaru berikan.

"Aku lho kadang benci e sama anak anak muda yang ikutan PSHT tu kalo pas Suran. Mesti do bleyer bleyer le motoran. Sengit aku!"

Makin Janu ngedumel, makin puas Ndaru ketawa.

"Ck. Tenanan iki mas. Ojok malah guyu." Janu melirik nyalang Ndaru dengan tatapan kesal.

SINOM ( BxB Lokal X Mpreg ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang