Berakit-rakit dahulu, Berenang ke tepian, Lebih baik di vote dulu, Lanjut baca kemudian.
Terima kasih 🙏
..
"Tumben kok hari ini kamu cantik e, Ki."
..
Ndaru duduk termenung sambil membantu bapak nya mengikat bambu yang rencananya mau di jual. Dia terdiam tangan bekerja, tapi pikiran nya melayang tak tentu arah kemana.
Pak Mugiono, bapak Ndaru, dia sadar pasti anaknya terlalu banyak pikiran. Simpati mendorong beliau lalu duduk di samping anak sulung nya itu.
"Pripun pak?" tanya Ndaru dengan tatapan sayu nya.
"Opo tak jual aja yo Le tanah e simbah yang di deket hutan itu. Kan lumayan to buat kamu daftar masuk TNI nanti."
Seketika pula Ndaru terkejut mendengar nya.
"Jangan pak. Itu kan tanah e simbah to. Kan dulu simbah udah pernah berpesan kalo bukan dalam keadaan darurat tanah itu jangan di jual. Terus kenapa bapak malah mau jual itu?"
"Le... Ini kan yo demi masa depan kamu to. Uwis gapopo. Besok ben bapak tawarkan aja tanah itu ke pak Parni. Siapa tau dia mau beli tanah itu."
"Hah? Pak Parni makelar tanah itu? Gak. Gak pak. Meskipun di jual pun, Ndaru gak sudi kalo di jual ke lintah darat itu. Ndaru ndak setuju. Bukan e untung bapak nanti malah buntung."
"Tapi Le... "
"Wis to pak. Gak usah mikir no Ndaru. Ndaru insyaallah iso berusaha sendiri. Soal tanah yang mau bapak jual itu, Ndaru ndak mau menerima nya. Kalaupun bapak masih mau tetep jual, biar uang nya nanti buat biaya sekolah Nurma sama Janu aja pak."
"Janu kan pernah bilang ke aku nak dia itu pengen lanjutin pendidikan ne sampe dia sarjana. Yauwis buat Janu aja pak. Saestu Ndaru ndak papa pak. Ndaru masih bisa usaha sendiri buat cita-cita Ndaru. Nggih pak nggih?"
Anak sulung pak Mugiono yang tampan rupawan itu ternyata juga tampan hati nya. Dia raih tangan bapak nya itu dan menggenggam nya erat. Hampir saja jatuh tangis pak Mugiono tapi dia berusaha tahan demi tak mau terlihat lemah di hadapan anak nya.
"Yauwis kalo gitu. Bapak manut sama saran mu."
"Naaah gitu dong. Yauwis bapak lanjut masak bumbu sate nya aja. Nanti biar Ndaru yang beresin ini."
"Iyo, Le."
Pak Mugiono pun masuk ke dalam rumah. Menyisakan Ndaru disana yang masih menyelesaikan pekerjaan sampingan ayah nya yang menjual bambu. Bukan hanya bambu sebenarnya, terkadang pula bu Darti menjual sayur mayur hasil dari dia tanam sendiri seperti kangkung, kacang panjang dan daun singkong.
Lumayan, pemasukan keluarga juga berasal dari situ. Tapi bukan munafik pula kebutuhan keluarga semakin tahun juga pasti akan semakin bertambah. Mengingat pula anak anak mereka makin dewasa yang tentunya juga akan membutuhkan biaya yang lebih besar lagi.
Naah di saat seperti itu lah terkadang Ndaru dan Nurma yang membantu orang tua mereka buat menjual nya.
Janu? Haah... Pemuda itu hanya tau main selepas pulang sekolah. Mancing, tarung layangan dan modif motor adalah hobi Janu semenjak dia naik kelas 2 SMP.
____________Dari balik dapur itu, Yongki mendengarkan apa kata budhe nya yang sedari tadi asik ngobrol dengan mbak Tyas di ruang tengah.
"Pokok e jamu ini manjur lho buat kesehatan mu nanti. Tapi sayang e budhe cuma bawa sedikit. Soale pohon asem e di rumah budhe kan baru aja di tebang to, jadi budhe sekarang jarang buat."
KAMU SEDANG MEMBACA
SINOM ( BxB Lokal X Mpreg ) ✔️
Teen Fiction❗Peringatan ❗ Yang merasa Homophobic atau anti cerita berbau homoseks dimohon untuk jangan di baca cerita ini. Apalagi jika sudah saya beri tanda kalo ini M-Preg jadi dimohon sekali lagi untuk cerdas dalam memilih bacaan. Jadilah pembaca yang cerma...