Sinom 34. Tumlawung

4.3K 519 128
                                    

Berakit-rakit dahulu, Berenang ke tepian, Lebih baik di vote dulu, Lanjut baca kemudian.

Terima kasih 🙏
.

.

Ndaru sekarang lagi sayang-sayangnya sama Yongki, karena sama seperti waktu hamil, setelah melahirkan pun Yongki masih cantik-cantiknya.
.

.

Pak Mugiono meneteskan air matanya kala tangan beliau di genggam sang anak sulung.

"Di ngapuro bapak yo le. Bapak mu wis kebacut."

Dari tatapan nya saja pak Mugiono tentu merasakan beribu sesal. Terlebih pula Ndaru yang juga masih belum bisa melupakan hari itu dia di usir dan di permalukan.

"Nggih pak. Bapak ndak usah banyak mikir. Bapak kudu sehat."

Lalu pelukan Ndaru seakan pemulih bagi pak Mugiono. Sakit yang di derita nya ini pula adalah juga sebagai bentuk rasa kangen nya ke Ndaru yang setahun lebih tak pernah pulang.

Meskipun Ndaru juga masih di desa Sukodono, tapi dia berjanji tak akan pernah menginjakan kaki lagi ke rumah sebelum di minta. Karena baginya, dia sudah cukup membuat malu keluarga nya, tak perlu dia berfikir untuk pulang.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Janu yang begitu antusias disaat mas tersayangnya itu pulang. Segala cerita dia sampaikan dan apa yang dia lakukan selama sekolah di SMA yang sama tempat Ndaru sekolah.

"Ingeet... Ojok bandel-bandel maneh kamu. Kasihan bapak sama ibuk itu lho."

"Iyo iyo mas. Tenang wae. Janu wis berubah kok. Janu wis gak se bangsat dulu ndek SMP." balas Janu dengan antusias nya.

"Bangsat, bangsat. Ra ilok." Ndaru jewer kuping Janu.

Begitu pula dengan Nurma yang selama Ndaru tak pulang pun dia juga kesepian. Sampai dia lulus sekolah pun dia punya impian mas Ndaru nya yang ambil raport juga harus dia pendam. Lalu kedua adik nya itu kompak memeluk Ndaru menumpahkan rasa kangen mereka.

Suasana serupa juga dirasakan oleh Yongki yang duduk diam tanpa kata kala bu Hari menimang-nimang Dimas. Anak tampan itu nyaman berada dalam gendongan nenek nya. Mengudang khas nya orang Jawa pedesaan, bahagia bu Hari lebih puas dia luapkan.

"Dimas ganteng. Ini simbah leeee.... Atutututu.... Ganteng eee...." Begitu bahagia nya bu Hari yang tanpa sedikit pun mengingat-ingat berasal dari mana Dimas itu lahir.

Yongki di kuatkan oleh mbak Jian, pembantu bu Hari, yang sedari tadi duduk di samping nya. Sama hal nya dengan yang lain, mbak Jian pula menaruh rasa kangen ke anak majikan nya itu.

Namun tak lama setelah itu, pak Yono keluar dari ruang kerja nya dengan raut wajah yang tak bisa di gambarkan. Yongki sendiri hanya mampu tertunduk. Dia takut pada lambaian tangan bapak nya itu akan menjadi sebuah penyebab memar di wajah nya.

Tampak dari jauh Yongki melihat, pak Yono menghampiri bu Hari dan ikut melihat cucu lelaki nya. Sempat ada rasa takut jika bapak nya itu masih menaruh rasa dendam padanya. Takut jika kalau-kalau Dimas sampai di banting. Wajar saja, trauma itu masih membekas di pikiran Yongki sampai saat ini.

"Ndak popo mas. Bapak selama mas Yongki gak di rumah itu bapak udah gak segalak dulu." ucap mbak Jian mencoba menenangkan.

"Tapi aku takut kalo Dimas sampe di apa-apain sama bapak, mbak."

"Ndak mas. Wis to. Percaya o sama mbak Jian."

Yongki menghela napas. Membuang semua rasa takut nya berusaha menerima keadaan. Langkah pak Yono menghampiri Yongki sembari dia menggendong Dimas.

SINOM ( BxB Lokal X Mpreg ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang