Sinom 38. Muntab

3.6K 459 293
                                    

Berakit-rakit dahulu, Berenang ke tepian, Lebih baik di vote dulu, Lanjut baca kemudian.

Terima kasih 🙏
.

.

"Halo,.....anak setan!"
.

.

Disinilah sekarang Sugik berdiri. Di bawah pohon asem Sendang Warih, dia membawa galah panjang demi memburu Sinom Emas.

Persis apa yang di katakan Sentot semalam, Sugik nekad datang ke Sendang Warih pagi buta. Tapi perkataan Sentot semalam juga masih terngiang-ngiang di kepalanya.

"Gik.. Ndak sembarang orang lho bisa liat Sinom emas itu. Kamu kalo nekad nanti ujung-ujungnya malah kamu kualat. Itu pohon keramat, Gik!"

"Terus... biasanya kalo orang-orang biasa kaya aku ini biar bisa liat Sinom emas itu gimana caranya?"

"Yo ada. Tapi kalo kamu ne gak kuat yo itu sama aja kamu malah mempertaruhkan diri mu sendiri."

Maka pagi itu juga, Sugik membawa sabuk putih yang dia juga pinjam dari guru PSHT nya. Dengan dalih ingin memperdalam lagi ilmu bela diri, Sugik menipu lalu mengelabui kepercayaan gurunya demi memenuhi syarat yang di tuturkan oleh Sentot.

Bahkan syarat lain seperti harus wudhu dulu dan menetralkan pikiran sudah Sugik laksanakan. Ini semua demi impian dia bisa bersanding dengan Ndaru seutuhnya.

Galah sudah di tangan. Dia menarik napas panjang lalu memandang di satu dahan tinggi pohon asem itu.

"Mana? Katane Sentot kalo semua udah di jalani, aku bakal e bisa lihat Sinom Emas. Lha iki kok ijo kabeh ngono kok?"

"Ck. Asu! Asu!"

Sugik pun sedikit frustasi lalu dengan pikiran yang kacau, dia naikan saja galah itu ke dahan yang dia mau. Dia singkapkan paksa dengan memukul dahan-dahan itu sampai beberapa dahan rusak lalu berjatuhan ke tanah.

"WOY DEMIT GOBLOK! MANA SINOM MU? AAAH COK NGAPUSI! BOHONG! POHON ASEM KAYA GINI AJA DI PERCAYA. HUH!!!"

Sugik yang habis kesabaran pun malah membuang galah nya ke arah sendang warih. Dia berkacak pinggang kesal karena apa yang di katakan Sentot itu bagi dia hanyalah omong kosong.

Dan di puncak kekecewaan nya, Sugik nekad mengencingi pohon asem tanpa ada rasa bersalah sekali pun. Dia lantas berlalu meninggalkan pohon yang dia anggap hanya sebagai omong kosong bualan warga desa yang bilang pohon ini keramat.

"Halah keramat, keramat opo? RA MEMPAN!!!" bentak Sugik dengan mendongak congkak seperti dia menantang langit.

________

Suara gemercik air dari ember besar yang Yongki gunakan untuk mencuci pakaian itu tak mampu menghalau pikiran Yongki. Padahal Agung sudah sedari pagi membantunya membereskan rumah dari menyapu halaman, masak dan mencuci baju.

Karena Agung juga sedang berusaha meyakinkan Yongki akan tawaran bapak nya untuk menerima pemberian tanah kemarin lusa.

"Kan kita udah sepakat to mas mau beli tanah terus bangun rumah ndek Ngawi. Katane juga disana harga tanah e lebih murah. Terus kan kemarin kita yo udah bilang to sama orang e." ucap Yongki sambil memeras kaos dari dalam bak cuci.

"Nggak gitu, sayang. Gini lho. Lupakan soal rencana kita yang mau ambil tanah ndek Kwadungan Ngawi itu, nanti mas bisa urus sama pakde Rahmat. Tapi ini permintaan e bapak lho! Bapak itu udah berkorban banyak buat kita, sayang. Sebegitu bersalah nya bapak sampe-sampe mas liat bapak nangis lho dek. Kamu ndak kasian sama bapak?" Agung terus mencerca kalimat itu agar Yongki luluh.

SINOM ( BxB Lokal X Mpreg ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang