Sinom 9. Pasang Tratag

6.6K 699 74
                                    

Berakit-rakit dahulu, Berenang ke tepian, Lebih baik di vote dulu, Lanjut baca kemudian.

Terima kasih 🙏

.

.

"Mencium aroma wangi orang yang kita sayang itu dipercaya bisa membuat hati yang gelisah jadi tenang. Jadi....bolehkah aku mencium mu hari ini?"

.

.

Agung memacu motornya membelah perkebunan yang sedikit menjorok ke arah hutan. Menggantung di antara kakinya, Agung memenuhi tugas ibuk untuk mengantar benih padi ke rumah pak dhe nya, pak dhe Rahmat.

Sesampainya di halaman luas rumah itu, Agung mematikan motor. Matanya menelisik ke segala arah perkebunan pisang dan durian milik pak dhe Rahmat. Dia ingat betul jaman dia kecil sering menginap disini sekaligus menemani pak dhe nya memanen durian dan merawat pohon pisang nya.

"Asalamualaikum pak dhe."

Sekali salam yang di haturkan Agung, terdengar suara antusias pak dhe Rahmat.

"Waalaikum salam. Walaaah ponakan ku wis teko."

"Nggih pak dhe."

Agung pun salim sambil mencium tangan. Sosok kurus bertelanjang dada dengan kaos usang di bahu nya itu tampak mengulas senyum nya.

"La Rian ndi? Kok gak di ajak?"

"Rian tadi ikut mbak Niken, dhe. Rewang ndek rumah e mbah Gimun yang belum lama meninggal itu lho de."

"Woalah... Mbah Gimun sik ngingu pesugihan kirik kae po?"

Ngingu=memelihara, kirik=anjing kecil.

"Huss jangan gitu pak dhe. Gak enak orang e dah meninggal lho." Agung yang tau pak dhe nya itu orang nya ceplas-ceplos pun mendadak panik.

Bagi nya, haram menyebutkan hal-hal yang sulit di nalar akal sehat apalagi berbau pesugihan seperti sekarang ini yang jadi bahan pergunjingan masyarakat desa Sukodono.

"Hahaha... Wis dadi hal umum saiki, Gung. Jadi ndak usah kaget, gak usah panik. Santai wae."

Walaupun begitu, Agung tetap enggan membahas hal seperti itu.

"Eh Iyo... Kamu wis maem belum? Kae lho maem o. Pak dhe tadi masak ayam kampung."

"Sampun pak dhe. Ibuk masak banyak kok. Besok besok aja kalo main kesini lagi nanti Agung tak puas puasin makan disini."

"Tenan lho yo... Awas nak ngapusi. Tak tunggu."

Keduanya pun tertawa sembari bercengkrama karena mungkin dewasa ini Agung jadi jarang main kesini. Dulu, ibarat setiap sabtu dan minggu, Agung dan Niken selalu menginap di rumah pak dhe.

Maklum, sepeninggalan istri nya, pak dhe Rahmat berjanji tak akan menikah lagi. Padahal di pernikahan itu pun mereka belum di beri kesempatan punya anak. Maka tak heran pak dhe Rahmat juga menganggap anak-anak dari Bu Atun, (adik sekaligus ibuk nya Agung) juga anak pak dhe Rahmat.

Mulai dari mas Sugeng yang sekarang sudah menikah dan menetap di Banyumas, Niken lalu Agung dan yang bungsu Rian pun semua nya sempat di asuh oleh pak dhe Rahmat sebagai janji kesetiaan nya terhadap istri.

Pelik memang, tapi nyatanya dari keempat anak bu Atun sampai sekarang juga masih punya ikatan batin seakan akan pak dhe Rahmat juga orang tua mereka. Sebegitu sayang nya dia dengan anak anak bu Atun, tak heran jika kelak nanti pak dhe akan mewariskan seluruh kebun pisang dan juga durian ke mereka.

SINOM ( BxB Lokal X Mpreg ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang