Sinom 28. Bojo Telu

5.6K 535 180
                                    

Berakit-rakit dahulu, Berenang ke tepian, Lebih baik di vote dulu, Lanjut baca kemudian.

Terima kasih 🙏

.

.

"Ya Ampun indah e hidup ku. Duwe bojo 3 sayang kabeh ro aku. Aaaaaaa..... Persis benget kaya ndek cerita-cerita fiksi."
.

.

Yongki menghentikan langkah nya lalu berusaha sedikit membungkuk walaupun sedikit kesulitan dengan beban yang ada di perut. Dia singkirkan rerumputan yang menyangkut di sela-sela sandal dan telapak kaki. Menghela napas, Yongki tadah dengan telapak tangan nya tetesan air dari talang atap belakang rumah.

Sejauh mata memandang, jauh di sana hamparan kebun tebu indah terbentang. Namun sayang nya, indah hamparan itu di balut dengan awan hitam di atasnya. Padahal belum lama tadi hujan sempat mengguyur sebelum subuh hingga terbit matahari.

Aroma dedaunan segar dan juga basah tanah tercium menenangkan hati. Lalu Yongki perlahan beranjak dari sana. Pandangan nya tertuju pada kerumunan kangkung di antara semak-semak.

Pria manis itu pun mengulas senyum nya. Dengan menaikkan celana sebatas lutut, Yongki menghampiri kangkung itu. Dia ambil beberapa daun nya yang masih segar guna di masak untuk hari ini.

Keadaan memang memaksa, lalu dia ingat dengan kebiasaan rewang-rewang nya dirumah setiap pagi memasak untuk sarapan. Lalu Yongki mencoba memulai berperan seperti ibu rumah tangga hari itu.

Dia bersenandung merdu sambil jari-jari nya memetik batang kangkung yang hijau-hijau segar itu. Dalam kesendirian ini, Yongki sambil berfikir tentang kehidupan nya di masa akan mendatang.

Mungkin bisa dia anggap sebagai kesalahan tatkala dia bersumpah pada sore di rumah pondok pakde Rahmat. Tentang bagaimana dia bersumpah untuk menyerahkan hidup, jiwa dan raga nya kepada tiga pemuda yang sekarang telah menjadi suami nya.

Tapi itu hanyalah secuil sesal yang tersimpan pada sedikit ruang di pikir nya. Yongki tak masalah, atau mungkin memang hal ini lah yang dia harapkan.

Dia enggan menyebut hal ini karma, karena memang ini yang dia harapkan sebagai balas atas ketidakadilan hidup selama dia bersama kedua orang tua nya. Yaaa... Yongki sendiri pun juga belum tau sebenarnya apa yang ada dalam hati ketiga suaminya itu. Mungkin kecewa atau mungkin malah menyesal.

Jikapun di tinggalkan dalam keadaan yang sulit sekalipun, Yongki siap. Setidaknya semua kemungkinan terburuk sudah dia pikirkan matang-matang. Yongki ibarat mati jiwa tapi raga memaksa untuk hidup dalam keterpaksaan.

"Hufft.... Jaaan.... Seger-seger e kangkung e." ucap nya memuji.

Mata nya menelisik lagi ke segala arah dimana di bagian sisi kanan belakang rumah itu ada bekas kandang sapi yang mungkin sebentar lagi akan rubuh. Lalu ada pula sumur tua di samping nya yang sekarang sudah tak lagi di gunakan.

Rumah ini memang modelan rumah joglo lawas di pedesaan. Namun pakde Rahmat masih merawatnya dengan baik karena disinilah dulu dia dan adiknya lahir. Rumah peninggalan orang tua nya yang sampai sekarang masih kokoh berdiri tak lekang oleh waktu.

Sempat menyinggung pakde Rahmat dalam batin, beliau pun tiba-tiba muncul dari samping rumah menemui Yongki.

"Lho.... Pakde?"

Yongki salim dan di sambut senyum teduh pria tua itu.

"Maaf yo pakde, Yongki ndak tau kalo pakde kesini."

SINOM ( BxB Lokal X Mpreg ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang