Chap 43

5.5K 158 10
                                    



HALOOO AKU KEMBALI!!
Akhirnya setelah lama menghilang aku balik lagi. Apakah ada yang nunggu cerita ini update?? Kalau ada bisa cungg ☝️
Untuk kedepannya insyaAllah aku akan sempet2in update. Kalian bisa bantu komen aja sebanyak2nya.

Sekarang selamat menikmati malam minggu ini dengan ke-iri-an karena chap ini akan banyak moment Armand dan Anna ☺️☺️

Harap bersiap. Hitungan mundur.
3

2

1

HAPPY READING!!








—————————-


Anna tersentak. Bangun dari tidurnya dengan dahi penuh keringat. Nafasnya tak beraturan dan memburu. Matanya kemudian bergerak tergesa, melirik ke kanan dan kiri. Hingga beberapa detik, helaan nafas pun terdengar.

Anna menatap langit-langit kamar. Dirinya termenung. Dia baru saja bermimpi. Di mimpi itu dia berada di sebuah ruangan yang gelap, hanya ada satu lampu redup yang menyala tapi beberapa detik kemudian lampu itu mati membuat ruangan itu sepenuhnya menggelap.

Anna tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi di hadapannya, hingga dapat dia dengar suara beberapa orang mendekat. Jantungnya kembali berdebar, entah kenapa dia memilih mencari tempat berlindung. Tangannya meraba-raba di udara dan menemukan meja lalu bersembunyi di bawahnya.

Dengan jantung yang masih berdetak hebat, Anna berusaha menguatkan diri. Entah bagaimana perasaannya mengatakan akan ada hal tak mengenakan akan segera terjadi.

DOR!!

Dan benar saja... dalam beberapa menit, suara tembakan terdengar. Membuatnya reflek menutup mata dan telinga. Tapi, teriakan seseorang membuatnya kembali terjaga. Suara seseorang yang merintih kesakitan. Belum sepenuhnya mengenal suara itu, rentetan tembakan kembali datang, membuat orang itu semakin berteriak, sangat keras lalu perlahan menghilang.

Degup jantungnya tak berhenti, dirinya tertegun. Otaknya sudah mulai memproses. Suara itu sangat tidak asing.

Armand?

Tidak lagi bisa untuk berpikir positif apalagi saat bau anyir karena darah sudah tercium. Dirinya sudah tidak bisa mengontrol ini semua, ini terlalu berat untuknya, tubuhnya sudah mulai gemetar.

Anna pun sekejab bangkit, memilih memberanikan diri untuk menghadapi apa yang sedang terjadi

"Lepaskan wanita itu." Ucapnya terdengar lirih.

Lalu kemudian terdengar tawa yang menggelegar memenuhi ruangan, "Jika itu pesan terakhirmu, maka sangat disayangkan. Karena aku tidak akan pernah mengabulkannya."

"Cari wanita itu sekarang!!"

Dan saat itulah Anna terbangun. Dirinya sedikit bersyukur karena mendapati kalau itu semua hanya mimpi, tapi tetap tak membuatnya dengan mudah melupakannya begitu saja. Bayang-bayang akan sang ibu yang tersiksa membawa trauma sendiri untuknya. Dan mimpi itu, membawa ketakutan yang hampir sama, seseorang yang cukup berarti baginya berada dalam mimpi itu. Dan lagi dalam dirinya menganggap kalau mimpi itu bisa menjadi sebuah pertanda untuknya.

"Terbangun?"

Anna menoleh, lalu melihat Armand yang menatapnya dengan mata sipit dan suara serak khas orang bangun tidur atau lebih tepatnya terbangun karena dirinya.

Tangan Armand bergerak, menyentuh dahi Anna yang berkeringat dan mengelap basah didahi itu. "Apa kamarnya panas?"

Anna menggeleng pelan, "Tidak. Aku hanya___habis bermimpi."

The Billionaire PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang