Halooo
Siapa yang udah nunggu kelanjutan cerita ini??Kali ini aku udah usahain bikin yang lumayan panjang. Apakahh kalian puas atau masih kurang nihh ??
Jangan lupa voment nya??
Aku tunggu reaksi-reaksi kalian di kolom komentar ya 🤗Baiklah tanpa berlama-lama, mari kita mulai.
Happy reading :)——-
"Lepaskan." Anna berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Armand dari tangannya. Tapi tenaganya jelas tak cukup kuat melawan tenaga lelaki itu. Armand pun membuka pintu kamar dan dengan mudah mendudukan Anna di ranjang.Wanita itu memandang Armand bengis, tangannya langsung mengelus daerah yang sebelumnya Armand pegang. "Kau menyakitiku." Ucap Anna lirih.
Armand hanya diam saat mendengarnya, suasana hatinya sedang tidak bisa untuk di ajak berempati.
Lelaki itu hanya menatap Anna lekat. Keadaan kamar yang minim lampu membuat suasana semakin terasa mencekam. Hanya ada satu cahaya yang berasal dari lampu kamar mandi.Anna berdiri dari duduknya, berniat menghidupkan lampu kamar untuk membuat suasana sedikit membaik tapi sebelum itu terjadi Armand lebih dulu menahan tubuhnya. Membuatnya kembali duduk di ranjang.
"Diam. Jangan lakukan apapun."
Dada lelaki itu terlihat naik turun, tangannya bertolak pinggang. "Apa yang sedang kau coba lakukan?" Pertanyaan itu akhirnya keluar dari mulut Armand.
Kening Anna mengkerut, lalu melirik Armand tak suka, "Bukankah aku yang harusnya bertanya padamu?"
Armand diam sejenak. Matanya masih menatap Anna dengan tatapan dingin. "Semua baik-baik saja, sampai malam ini kau berulah kembali____dan kali ini cukup serius." Ucap Armand.
Anna bisa melihat sorot mata lelaki itu yang tajam menusuk. Tapi itu jelas tak membuat Anna gentar.
"Apa yang ku lakukan? Bukankah kau juga bilang kalau aku adalah orang yang harus berkorban. Bukankah begitu?"
"Lalu apa maksudmu soal partner? Bukankah sudah ku bilang hanya aku yang bisa memutuskan pernikahan ini lanjut atau tidak. Apa aku memberi kewenangan itu padamu?"
"Ya. Ku rasa begitu." Jawab Anna langsung. Wanita itu terlihat tak ragu sedikitpun. Hingga melihat kerutan yang semakin jelas tercipta di kening Armand. Raut penuh ketidaksukaan.
"Kapan aku memberimu kewenangan itu?"
Anna menggigit bibirnya kecil, merasa kesal karena harus menjelaskan ini secara langsung. Apa Armand masih juga tidak mengerti? Apa pemimpin perusahaan besar boleh selambat ini?
"Saat kau mengatakan kita tidak mungkin bersama, itu sudah ku anggap sebagai keputusan akhirmu. Untuk apa mengundur waktu lebih lama lagi jika keputusannya sudah dibuat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire Prison
Mystery / Thriller[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertinggal." Ucap tegas lelaki jangkung dengan rahangnya yang mengeras. "Baik sir, tapi bagaimana dengan w...