"Apa kau pikir dengan aku yang melepaskan mu maka berarti kehidupan mu akan berjalan normal, seperti orang lain?" Tanyanya. Ada kilat tak suka di wajahnya."Tentu saja." Jawab Anna singkat lalu dengan cepat kembali menghindar dari tatapan lelaki itu.
Armand menarik nafas panjang. Punggungnya sudah menyender pada sandaran kursi. Dengan mata yang masih menatap Anna. "Kalau begitu jangan khawatir. Tidak akan lama lagi aku akan mengabulkan keinginanmu."
Anna cukup terkejut mendengar penuturan Armand. Ada rasa tak percaya mendapati fakta itu. Mendengar dirinya akan bebas tentu membuatnya senang tapi entah kenapa ada hal yang mengganjal. Seperti tak ingin berpisah secepat ini.
Dalam beberapa menit tidak ada yang berniat meneruskan percakapan. Anna masih terlalu sibuk dengan pikirannya sedangkan Armand hanya diam. Armand menatap sang lawan bicara dengan tatapan yang rumit.
"Masuklah. Udara sudah mulai dingin." Ucap Armand melihat Anna yang memeluk tubuhnya sendiri.
Anna mengangguk kecil. Entah kenapa nada bicara Armand sedikit berubah. Dingin, sama seperti udara yang mengenai kulitnya.
Armand melirik pada mantel hitam yang masih ia kenakan tapi tetap tak berniat untuk memberikannya pada Anna. Armand memilih berpegang teguh pada pendiriannya.
Sebelum bangkit Anna melihat Armand lebih dulu, "Kau juga istirahat lah. Kau pasti lelah."
Armand memilih tidak menjawab, hanya kepalanya mengangguk kecil. Lalu Anna memilih berlalu meninggalkan Armand yang terlihat mulai menuangkan wine itu lagi ke gelasnya dan meneguknya hingga habis tak tersisa.
——-
Pagi ini entah kenapa suasana hatinya begitu murung. Dan alam juga seolah ikut mendukung kekecewaan hatinya. Tidak ada sinar mentari yang biasa menyapa, hanya ada sebuah awan mendung dan udara dingin yang membuat Anna harus kembali menutup jendela kamarnya lagi.
Kakinya berjalan menjauh dari jendela dan duduk di tepi ranjang. Obrolan semalam sangat mempengaruhinya hingga membuatnya terjaga beberapa jam lamanya memikirkan hal yang tentunya saja sia-sia. Beruntung rasa kantuk hadir dan membuatnya melupakan sejenak soal kepedihan hatinya dan tertidur.
Jujur, dalam lubuk hatinya tidak mengharapkan lelaki itu berucap demikian. Maksudnya tidak secepat ini. Tapi tampaknya lelaki itu memang sudah lama berniat untuk melepaskannya.
Dalam hati, Anna menyesali semua yang terjadi. Mungkin saja jika dia tidak menerima ajakan Armand, mungkin dia tidak akan mendengar itu semua. Atau paling tidak menundanya sampai waktu yang tidak ditentukan. Perasaannya kini campur aduk. Di satu sisi dia merasa marah dan kecewa tapi di sisi lain merasa lega, selama ini perasaanya selalu membuatnya kacau, dan dengan pernyataan Armand dia menjadi lebih sadar. Kalau semua yang ia khayalkan hanya akan menjadi sebuah khayalan. Karena pada kenyataannya lelaki itu memang tak memiliki niat untuk bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire Prison
Mystery / Thriller[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertinggal." Ucap tegas lelaki jangkung dengan rahangnya yang mengeras. "Baik sir, tapi bagaimana dengan w...