Chap 45

4.9K 160 9
                                    

Haloo aku hadir kembali :)

Siapa dari kalian yang udah nunggu2 cerita inj update??
Aku minta maaf udah buat kalian lama nunggu, soalnya nulis cerita juga perlu waktu dan mood yang baik supaya bisa ngalir, jadi buat kalian yang udah menunggu terima kasihh 🤍

Aku mau kasih sedikit bocoran kalau cerita ini sudah mendekati akhir 🥳🥳
Tapi jangan sedih dulu, karena akhirnya Anna dan Armand juga gak akan datang secepat dan semudah itu. Jadi terus pantengin ya 😊

Untuk chap ini aku berharap banget para readers ku bisa ngasih sedikit apresiasi dengan vote dan coment nya. Dan buat yang belum follow juga bisa follow aku ya 😊

Terima kasih
Happy reading all :)















——-

Friday, 12 April
09:30

Anna sekali lagi melihat jam di ponselnya dengan perasaan gelisah. Hatinya tak tenang bahkan disaat dia sudah beribu kali berusaha untuk menenangkannya. Pikirannya terus teringat akan janji pertemuannya dengan Tom yang besar kemungkinannya akan gagal lagi. Ya, kenapa dia bilang begitu, karena Anna baru saja teringat batas jam malam yang biasa Armand ijinkan untuknya keluar. Dan sangat tidak mungkin ia bisa keluar di jam itu.

Kepalanya menggeleng pelan, merutuki betapa bodoh dirinya karena setuju saja tanpa berpikir terlebih dulu. Sekarang nomer itu sudah tidak dapat dihubungi. Tom pasti sudah mematikan ponselnya. Kalau begini bagaimana ia bisa mengabari Tom.

"Mam, kau tampak gelisah."

Anna mendongak melihat Vivian yang kini menatapnya dengan wajah risau. Ya, Anna memang tengah bersama Vivian, mengobrol, mengisi waktu luang di taman belakang. Hanya saja sedari tadi Anna memang benar-benar tak fokus hingga ia tak sadar jika saat ini dia sedang tidak sendiri.

"Kau sedang menunggu sesutu? Dari tadi ku lihat kau terus mengecek ponselmu."

Anna tertegun. Wanita itu sudah mulai curiga. Anna pun langsung mengubah duduknya berusaha terlihat biasa, lalu bibirnya mengukir senyuman.

"Kau belum bercerita, kemana saja kau pergi belakangan ini? Apa Armand menghukummu dengan berat?" Akhirnya Anna bertanya demikian. Untuk sekarang tidak ada yang bisa ia lakukan bahkan membagi semuanya dengan Vivian.
Beberapa hari lalu Anna memang sempat berpikir kalau dia sangat membutuhkan Vivian untuk membantunya menjalankan misi ini. Tapi setelah memikirkannya lagi, Anna merasa kalau memberitahu Vivian mungkin saja hanya akan menghambat semuanya. Apalagi setelah permasalahan yang terjadi terakhir kali, Anna yakin Armand semakin mendoktrin wanita itu serta pengawal yang lain dengan semangat juang yang lebih besar untuk mengekangnya. Walaupun begitu, Anna tetap merasa bersyukur memiliki Vivian di sisinya, dengan itu dia tidak terlalu merasa kesepian.

Vivian tersenyum kecil, lalu kemudian menggeleng. "Tidak Mam, tuan hanya memberiku peringatan kecil. Aku hanya diberhentikan untuk sementara waktu. Tanpa ponsel, tanpa bertemu siapapun, aku hanya diperintah untuk merenungkan kesalahanku."

Penjelasan Vivian membuat mata Anna membulat. "Jadi lelaki itu mengurungmu." Komentarnya dengan nada simpati. "Maafkan aku karena sudah menempatkan mu dalam kesulitan." Tiba-tiba perasaan menyesal merasukinya.

Vivian tersenyum kecil lalu kembali menggeleng, "Tidak mam, itu sudah tugasku. Lagi pula yang tuan Armand sangat murah hati. Mengingat aku wanita jadi dia hanya memberi hukuman kecil seperti itu. Jika itu orang lain, mungkin..."

The Billionaire PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang