chapter 25 (part 3) 🔞🔞🔞

15.3K 97 0
                                    

Gemericik air mengalir dari kran wastafel itu dibuka dengan tekanan sedang, Meli sedang mencuci tangannya sebelum membersihkan make up itu. Ia menengadahkan tangannya, lalu membuyarkan air tersebut ke wajahnya.

Make up-nya masih belum bergeser, ia mulai menggosoknya perlahan. Sia-sia saja, itu adalah make up waterproof yang tidak akan tergeser oleh air. Tapi tak apa, setidaknya kantuknya sirna.

Beberapa gadis yang juga berada disana, mulai pergi keluar toilet. Menyisakan hanya Meli seorang. Ia masih memandangi wajahnya, raut jenuhnya tidak bisa disembunyikan.

Ia pun bergegas keluar, lalu menekan knop pintu agar terbuka.

“Disini lo ternyata? Capek banget gue nyariin”, ucap Sony yang tiba-tiba sudah ada di depannya.

Meli mendadak memundurkan dirinya, “Mau apa lagi?”

Sumpah, kejadian di rooftop itu sungguh tidak mengenakkan baginya. Benar-benar membuatnya muak jika harus berurusan dengan makhluk ini lagi.

“Ikut gue!”, Sony segera menarik lengan Meli.

Meli menepisnya dengan kuat hingga berhasil melepaskan itu, “Aku ngga mau ikut kamu!”

Sony menyeringai melihat ketegasan gadis itu, “Ga usah sok ngelawan”.

“Aku ngga sudi ikut kamu. Jangan macem-macem!”

Sony terkekeh mendengar ucapan Meli yang lantang, seakan ia adalah orang jahat yang sedang ingin melakukan kriminal.

“Urus deh”, ucap Sony pada Theo yang sudah ada di belakang Meli. Tentu Meli tidak menyadari kehadiran orang itu dari tadi.

Dengan sigap Theo segera menutup mulut Meli dengan sebuah sapu tangan yang sudah disemprotkan obat bius. Belum sempat Meli memberontak, ia sudah terkulai dan tidak sadarkan diri detik itu juga.

“Danny ngerepotin aja sih”, ucap Theo seraya menahan tubuh Meli di depannya.

“Ni cewek juga bikin capek, disuruh ngikut aja banyak tingkah”, ucap Sony.

Sony dan Theo mengendap-endap ke area samping villa, area yang diselimuti pasir putih. Mobil Sony terparkir disitu.

Theo yang menggendong Meli untuk membawanya kemari segera merebahkan gadis itu di kursi belakang. Sony duduk di kursi kemudi dan Theo duduk di sebelahnya. Segera meluncur meninggalkan area villa.

“Berapa lama tu cewek pingsan?”, tanya Sony yang sedang menyetir.

“Kata yang jual sih, paling lama dua jam”, jawab Theo.

“Terus kita nungguin sampe dia sadar?”

“Suruh aja Danny cepetan ke hotel”.

Sony menambah kecepatannya, ia hendak segera sampai ke lokasi tujuan mereka.

Civi merah itu berbelok ke halaman sebuah hotel bintang 4, bangunannya masih tampak baru. Beroperasi sekitar 5 tahun lalu. Dengan tema japanese modern yang memadukan nuansa putih dan ornamen kayu, sangat cocok dengan wilayah pesisir.

“Lo gendong deh, pegel gue”, ucap Theo.

Sony mendengus, “Tunggu sini deh, gue ambilin kursi roda”.

Mereka pun keluar dari mobil, meninggalkan Meli yang masih terkapar di dalam. Theo membuka bagasi, mengambil 1 kantong kresek yang berisi 2 botol Wiskey. Juga sebuah tas pinggang kecil berwarna abu-abu yang langsung ia kenakan. Tentu saja ‘hasrat’ mereka itu tidak bisa ditahan-tahan.

The Doll Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang