chapter 38 (part 2)

3.7K 114 12
                                    

Oke guys, update tipis-tipis eaa

Happy reading 😘😘😘

****

"Argghh! Bocah sialan!", pekik Gio, ketua kelas 11A.

Ia membuka layar ponselnya, berulang kali menghubungi nomor Danny dan Sony. Namun setelah puluhan kali panggilan, sama saja tidak diangkat.

"Zayn udah lo telpon?", tanya Gio pada Andra.

"Udah, sama ngga ngangkat", jawab Andra - ia pun juga sedang menghubungi Zayn, Kris dan Theo.

Gio mengacak-acak rambutnya. Satu jam lagi, kelas 11A akan bertanding basket. Tetapi 5 orang perwakilan kelas mereka itu tidak kunjung nampak batang hidungnya.

Gio menarik nafas sebentar. Sepertinya orang-orang ini tidak ada harapan untuk datang. Yang ia khawatirkan adalah, jika kelasnya tidak mengikuti pertandingan ini dan didiskualifikasi, maka akan ada sanksi dan denda sekaligus.

"Lo bisa main ngga?", tanya Gio pada Andra.

"Gue?", Andra mengangkat telunjuknya dan diarahkan ke dirinya sendiri.

"Iya elo"

Gio mengidarkan pandangannya. Dilihatnya 4 siswa yang sedang duduk bergerombol, mereka adalah siswa yang terkenal pasif, namun nilai mereka adalah yang terbaik di kelas ini.

"Adam, Liam, Raffi, Baron!"

Keempat siswa itu lantas menoleh kearahnya.

"Bisa main basket kan? Gantiin Danny sama temen-temennya ya!"

Keempat siswa itu saling berpandangan.

"Kalo kalah gimana?", tanya Adam ragu-ragu.

"Jangan peduliin kalah atau engga, yang penting lo pada main".

"Jerseynya?", tanya Liam.

"Aduh!", Gio menepuk jidatnya sendiri.

"Gue pinjemin jersey buat kalian", ucap Lutvi yang tiba-tiba masuk ke kelas mereka. Lutvi memang berteman baik dengan Gio sejak SMP.

"Serius ni?", tanya Gio sedikit tidak percaya.

"Dua rius men, tenang aja masih banyak stok di sekre", ucap Lutvi.

Vey yang dari tadi hanya mendengar keributan anak laki-laki di kelasnya itu, lantas menutup buku komik yang ia baca dan berjalan keluar. Huh, disini semakin membosankan, gerutunya.

***

Vey berjalan ke kelas Meli, ia segera melambaikan tangan saat Meli yang duduk di bangku paling depan menyadari kehadirannya di ambang pintu.

Meli pun segera berjalan menghampiri Vey seraya menenteng sebuah paper bag bermotif kotak-kotak biru putih.

"Itu apa?", tanya Vey seraya menunjuk benda itu.

Meli tersenym, raut wajahnya terlihat bahagia.

"Ini buat salah satu tim basket di kelas kamu".

Meli memang bangun 1 jam lebih pagi hari ini. Ia sengaja membuat dessert box oreo dan minuman es milo tiramisu spesial untuk Danny. Ya sama seperti tahun lalu, ia akan memberikan bingkisan berupa makanan buatannya sendiri untuk pria itu.

Sejak ia berangkat sekolah tadi, dirinya sungguh tidak sabar untuk memberikan bingkisan kecil ini kepada pujaan hatinya. Yah, meskipun ia juga harap-harap cemas untuk memberikannya secara langsung, karena ancaman dari Hellena waktu itu cukup membuatnya bergidik ngeri.

Vey menghembuskan nafasnya pelan.

"Mereka ngga ada yang dateng. Sekarang pemainnya udah diganti".

Vey jelas bisa menduga untuk siapa bingkisan itu, selama ini ia menganggap Meli sama seperti gadis-gadis lain yang menyukai Danny. Walaupun Meli memang tidak 'segila' itu.

The Doll Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang