chapter 59

4.5K 146 33
                                    

"Dyn, ajak kakak kamu kemari", ucap Wilson yang diiringi oleh anggukan Dynna. Gadis itu segera berjalan ke arah tangga, menuju kamar atas untuk memanggil Danny.

Wilson dan Ester baru saja tiba tadi siang. Ketika melihat Anne ada di rumah, mereka amat terkejut karena keluarga jauh itu datang tiba-tiba tanpa memberi kabar lebih dulu.

"Harusnya kau memberi kabar agar kami bisa membawa oleh-oleh lebih banyak untukmu", ucap Ester.

"Tak apa, Ester. Lagi pula rencanaku memang mendadak, jadi menurutku lebih baik memberi kalian kejutan", ucap Anne.

"Bagaimana kabar kedua orang tuamu, Anne?", tanya Wilson.

"Mereka semua sehat. Sekarang aku bekerja di industri fashion, dan punya waktu lebih banyak bersama mereka", ujar Anne.

Danny yang turun bersama di Dynna dari tangga, lantas menatap datar ke arah Anne dan kedua orang tuanya yang tengah berkumpul di meja makan. Siap untuk menyantap hidangan makan malam, itulah mengapa Danny juga disuruh kemari.

Dengan malas Danny duduk di kursi yang bersebelahan dengan kursi Dynna. Ia masih melirik ke arah Anne dan mamanya yang tengah mengobrol tentang kondisi di Manchester, juga keluarga Ester yang masih tinggal di sana. Terdengar membosankan di telinganya.

"Alvin mana, Dyn?", tanya Ester yang menyadari bahwa sejak ia datang tadi siang, ia tidak melihat Alvin dimana pun.

"Kak Alvin katanya sibuk, Ma. Jadi dia nginep di apart beberapa malam", ujar Dynna.

Tepat malam setelah kedatangan Anne, Dynna memang memergoki Alvin yang tengah mengemasi barangnya ke dalam koper. Saat ditanya, Alvin hanya berasalan bahwa dirinya sibuk. Walaupun jelas, sebenarnya Alvin sedang menghindari Anne yang datang ke rumahnya. Lebih baik dibanding Alvin membunuh wanita iblis itu.

"Ayo, kita makan", ucap Wilson kemudian.

Mereka pun segera meraih piring serta sendok dan garpu untuk menyantap hidangan malam ini. Hidangan kali ini adalah makanan spesial yang Ester request pada juru masak di rumah. Semuanya adalah makanan khas nusantara. Dari gado-gado, soto, sate, rendang dan gudeg. Tidak lupa juga makanan penutup seperti lumpia, kue putu, es teler dan cincau gula merah. Tentu saja spesial untuk menjamu kedatangan Anne.

Di tengah-tengah makan, mereka semua kembali mengobrol, kecuali Danny yang hanya diam sambil mengunyah makanannya tanpa ekspresi. Bahkan Dynna dan Wilson pun sama-sama antusias mendengarkan cerita Anne tentang keadaan di sana setelah meninggalnya Ratu Elizabeth. Danny jelas tidak tertarik dengan hal itu.

"Apa kau memang berkunjung ke Indonesia?", tanya Ester.

"Sepertinya Tante Anne belum pernah ke Bali. Ayo kita kesana kapan-kapan", ujar Dynna bersemangat.

"Boleh, asalkan nilai UTS kamu nanti tetap bagus", ujar Wilson.

"Siap, Pah", sahut Dynna sembari mengangkat tangannya untuk memberi hormat.

"Sebelum kemari, aku mengunjungi Tunisia dan Maroko", ujar Anne. "Dan kau tahu, Ester, aku belajar tentang Islam. Mungkin aku akan mempertimbangkan untuk menjadi seorang muslim".

"Pfft.. uhuk uhuk", tiba-tiba Danny tersedak saat Anne melontarkan kalimat itu, dengan segera ia meraih gelas berisi ari putih dan meminumnya.

Ester dan Wilson yang awalnya merasa senang mendengar hal itu, kini justru menatap khawatir ke arah Danny yang tiba-tiba tersedak itu.

"Kakak gapapa?", tanya Dynna.

Danny langsung mengambil tisu dan menyapu ujung bibirnya yang basah karena air.

"Gapapa", ujarnya sambil menggeleng.

Ia menatap Anne dengan sinis. Wanita ini memang selalu punya cara untuk mencari muka di depan Ester dan Wilson. Dulu ketika Anne berniat kuliah di Indonesia, ia berkata bahwa ia juga akan pindah warga negara. Sekarang, ia malah ingin memeluk agama yang sama dengan keluarganya. Mudah saja bagi Danny untuk menebak maksud ucapan Anne itu, pastilah agar ia diterima dan bisa tinggal disini selamanya.

The Doll Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang