add chapter : friends ✨️

3.4K 78 3
                                    

Upload add chapter dulu ya guys sebelum ke chapter selanjutnya 😁😁😁

Happy reading 😘😘😘

*****

Setiap jam istirahat, Zayn selalu mengikuti anak itu. Karena anak itu selalu sendirian lewat di depan kelasnya. Kadang menutupi wajahnya dengan topi, kadang juga memakai jaket. Seperti tidak ingin ada yang melihat dirinya.

7 kali berturut-turut ia membuntuti Theo, selalu berakhir pada tempat yang sama. Yaitu pagar belakang sekolah yang terhalang oleh tembok tinggi. Ada satu lubang menganga di tembok itu, entah siapa yang membuatnya.

Theo memandang ke kanan dan kiri, memastikan agar tak ada orang yang melihatnya disitu. Tentu ia juga tidak menyadari kehadiran Zayn.

Ia mengambil sekotak rokok dari saku celananya, dan menyulut rokok itu dibibirnya.

Dengan ragu-ragu, Zayn mendekati Theo yang sedang mendongak ke atas memandang asap rokoknya yang membumbung ke udara.

"Bagi satu, dong!", ujar Zayn seraya menepuk pundak Theo.

Theo kaget, hampir saja rokok itu terjatuh. Ia memandangi Zayn sebentar, lalu menyodorkan rokok dan pemantik api milinya.

Zayn dengan senang hati meraih benda itu, lalu menyalakannya.

Theo masih terdiam, memekik dalam hati. Mampus, ia ketahuan merokok di belakang sekolah!

"Nama lo siapa?", tanya Zayn.

"Theo", ujarnya singakat. Tanpa bertanya balik.

"Gue Zayn".

Theo hanya mengangguk.

"Kenapa lo sendiri disini?", tanya Zayn lagi, ia menyadarkan diri di tembok. Sama seperti yang dilakukan Theo sekarang.

"Emang kenapa?", tanya Theo datar tanpa ekspresi.

"Judes banget sih lo!", Zayn agak muak dengan orang ini karena tidak mengapresiasi kehadirannya.

"Lo mau ngelaporin ke guru BK kan?"

Zayn melepaskan isapannya pada rokoknya, "Kalo gue ngelaporin ngapain minta bos?!"

"Bener juga", kali ini nada bicara Theo agak melunak, "Kelas mana lo?"

"7-A. Lo sendiri?"

"7-C"

Mereka masih asik menikmati rokok masing-masing. Waktu istirahat tersisa 7 menit lagi.

"Dari SD mana lo?", tanya Zayn lagi.

"Santa Lucia", jawab Theo.

"Pffftttt", Zayn hampir tertawa.

Ia tahu sekolah itu adalah sekolah swasta berbasis agama yang terkenal di kota mereka, terlebih sekolah itu juga sering mencetak anak-anak olimpiade. Sementara makhluk di depannya ini sama sekali tidak mencerminkan itu.

Theo memandangi Zayn dengan heran, "Emang lo dari SD mana?"

"SD-IT Ibnu Haytam"

"Jhaaa... Berapa juz lo hapal?!", giliran Theo yang meledek.

Ia pun juga tidak asing dengan nama sekolah  itu, sekolah swasta elit yang terkenal denga  fasilitas sultan dan sangat identik dengan para penghapal kitab suci umat Islam.

"Gue sih ngga kuat ngapal, makanya pindah kesini", jawab Zayn dengan santai.

Mereka kembali menghisap rokok  itu, lalu membuang sisa puntungnya ketika sudah habis.

The Doll Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang