chapter 4 🔞🔞🔞

40.5K 174 0
                                    

Pukul 04.30

Suara musik terdengar keras menggelegar di ruangan kamar yang kedap suara itu. Dany, Sony, Theo, Kris dan Zayn tengah asik menegak sebotol miras masing-masing ditangan mereka. Masih dalam keadaan sadar, mereka asik bercengkrama sambil bercerita tentang pertandingan kemarin sore.

Theo mengeluarkan sebuah koper berwarna silver yang ia ambil dari mobilnya.

"Biar gua tebak nih, pasti..." ujar Sony.

Mereka saling bertatapan.

Kris angkat bicara, "Lo gila ya? Tu cewek bisa ember. Mampus kita kalo sekolah sampai tau".

Seraya melihat ke arah Meli yang masih tertidur belum sadar. Sebelum Meli tertidur, Dany sudah memberinya air mineral yang dicampur obat tidur, sehingga gadis itu sama sekali tidak bergeming saat suara musik disetel sangat keras.

"Udah, Kris, dia ngga bakalan berani ngomong", tukas Dany.

Mereka saling terdiam, mencerna kalimat yang barusan keluar dari mulut Dany.

"Lo ngerekam tu cewek?", Sony menebak-nebak lagi.

Dany hanya menyeringai. "Tenang aja, gua pastiin dia bakalan keep apapun yang terjadi malam ini. Dia cuma cewek lugu, ditekan dikit juga mohon-mohon nanti".

Mereka melanjutkan pesta malam itu. Sampai pagi menjelang, semuanya belum sadarkan diri dan masih tenggelam dalam mimpi dan fantasi masing-masing.

****

Hari minggu, pukul 07.26 WIB.

Meli terbangun, kepalanya amat pusing dan jantungnya berdebar kencang. Saat membuka mata, alangkah terkejutnya ia saat melihat tidak ada sehelai benang pun di tubuhnya. Ia segera mengambil pakaiannya, dan mengenakannya secepat mungkin.

Samar-samar, ia berjalan dengan sempoyongan ke arah sofa. Dilihatnya Dany yang tertidur pulas di sofa tengah. Sony berada di sofa sebelah kiri, Theo tersandar di kaki sofa, Zayn dan Kris tersungkur di lantai.

Situasi sekitar sangat berhamburan, beberapa botol miras tergeletak sembarangan. Ia tersentak saat melihat apa yang ada di atas meja. Matanya membelalak, seraya menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Sebuah koper jinjing berwarna silver terbuka lebar, 10 buah jarum suntik berhamburan di atasnya. Beberapa pil berwarna biru-putih dan merah-kuning masih terbungkus rapi dalam plastik kecil, sedangkan plastik lainnya sudah tidak berisi.

Meli mundur beberapa langkah, mejauh dari situ. Dilihatnya siswa-siswa SMA Guna Wijaya yang juga teman seangkatannya itu masih tidak sadarkan diri. Seakan tidak percaya apa yang ia lihat, anak-anak yang terkenal tajir dan berbakat di sekolah favorit ternyata adalah pecandu narkoba.

Tak ingi berlama-lama disitu, Meli berjalan ke arah pintu. Namun pintunya terkunci dan ia sama sekali tidak mengetahui nomor sandi tersebut. Karena dilanda perasaan panik, ia segera memencet angka 119 di ponselnya.

Dany yang tersadar dan melihat apa yang dilakukan Meli, langsung merebut ponsel Meli dengan kasar dan menghempaskannya ke lantai.

"Lo jangan macem-macem ya! Awas kalo lo sampai panggil polisi", ancam Dany.

Tubuh Meli gemetar. "Dan, ini.. ini ngga bener kan?"

"Bukan urusan lo ya!", bentak Dany.

Sontak membangunkan Zayn, Theo, Sony dan Kris.

Dany mengambil sebuah hand cam, yang sebenarnya sudah ia letakkan sejak tadi malam di dekat sudut meja nakas.

Lantas memperlihatkannya pada Meli, yang isinya adalah video apa yang mereka lakukan tadi malam. Namun karena posisi kamera yang sudah diatur sedemikian rupa, wajah Dany sama sekali tidak terlihat di video itu. Hanya wajah Meli yang terpampang jelas.

The Doll Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang