chapter 89

2.9K 132 44
                                    

Mampir ke ig : @nana.wattpadcst 💖💖

.
.
.
.
.
.
.

"Kecut mulu muka lo gua liat-liat dari kemaren".

Sony tidak menggubris ucapan Bobby itu. Ia tetap duduk di pojok sel dan memalingkan wajahnya ke arah jeruji besi. Berharap akan ada orang yang datang dan membukakan pintu jeruji untuk dirinya.

"Kaga ada tidur ya lo semaleman? Merah bener mata lo. Makan juga enggak lo. Kaga lucu kalo mati disini, Son", celetuk Bobby lagi.

"Bisa diem ngga sih, njing?", Sony mendongak, menatap Bobby dengan mata sayunya yang kemerahan.

"Sewot amat lo! Jangan sakau di sini. Bisa siksa lo sama mereka", ujar Bobby berbisik.

Sony menautkan kedua alisnya, lalu kembali membuang wajah dari pandangan Bobby. Sial, kenapa bisa-bisanya di tempat terkutuk ini ia justru bertemu dengan makhluk aneh seperti Bobby. Yang awalnya ia pikir sudah dulu membusuk di penjara.

"Sony?", ujar sipir yang sudah berdiri di depan pintu sel.

Perlahan, Sony mengangkat tangan kanannya. Tubuhnya sangat lemas, bahkan untuk melakukan ini pun ia hampir tidak berdaya. Walaupun ini memang kesalahannya sendiri, karena menolak makan dan tidur.

"Kamu bisa keluar hari ini", ujar sipir lagi.

Sony pun berjalan mengekor di belakang sipir yang membawanya keluar dari sel tadi. Sipir itu menyuruhnya masuk ke sebuah ruangan, yang sepertinya merupakan ruangan privat salah satu petugas polisi di sana.

"Bu Diana dan orang yang jemput kamu sudah nunggu di dalam".

Sony mengangguk, lalu membuka pintu ruangan dan melangkah masuk.

Tatapan matanya langsung terpaku pada seorang pria berkacamata yang duduk di sofa, bersama seorang wanita yang tidak ia ketahui namanya. Jelas wanita itu bukan Rere, petugas BNN yang selalu membuatnya ketiban sial.

"Bang Alvin?", ucap Sony pelan. — Apakah ini orang yang dimaksud sipir untuk menjemput dirinya. Awalnya ia mengira orang itu adalah kuasa hukum kiriman ayahnya.

"Silahkan duduk, Sony", ucap Diana ramah.

Benar saja, ternyata Alvin-lah yang menjemput Sony siang itu. Tentu saja Alvin juga memberitahu Sony bahwa dirinya-lah yang menyebabkan Sony tertangkap tempo hari. Sedangkan Ipul dan pemuda yang turut tertangkap bersamanya kala itu, tetap harus menerima konsekuensi sebagai pengedar.

Sebagai permintaan maaf, Alvin juga mengantarkan Sony untuk pulang menggunakan mobilnya.

"Gue udah niat berubah, Bang, sejak Danny kecelakaan waktu itu", ujar Sony pada Alvin yang sedang menyetir.

"Gue tau, Son, pasti ngga gampang lepas dari barang itu. Tapi selama lo punya tekad, percaya sama gue, lo pasti bisa", ujar Alvin sembari tersenyum sekilas pada sahabat adiknya itu.

"Makasih, bang", sahut Sony.

Beberapa saat, ia berpikir tentang Alvin. Kakak dari sahabatnya ini, ternyata sangat memperhatikan. Selama ini, Danny hanya menceritakan hal-hal buruk tentang Alvin, yang selalu membuatnya di-anak tirikan oleh Wilson dan Ester.

Detik ini, Sony menyadari, bahwa Alvin sebenarnya ingin Danny (dan juga dirinya) terselamatkan dari kubangan hitam ini. Ah, Danny beruntung memiliki saudara yang lebih tua. Sementara dirinya yang anak tunggal, yang mestinya mendapat lebih banyak perhatian dari kedua orang tua, nyatanya tidak pernah mendapatkan itu semua sejak keluarganya naik status sosial.

"Btw, bokap lo masih jarang di rumah, Son?", tanya Alvin kemudian.

"Iya, bang. Terakhir dia ke Kuala Lumpur, setelah itu ngga pernah ngabarin lagi".

The Doll Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang