INFO PENTING!
Ini bab terakhir yang aku publish ya, karena emang sesepi ini 😪
Terima kasih banyak banyak buat yang udah setia baca
Jangan lupa vote sama spam komen juga
-Happy Reading-
Malam semakin larut. Gadis berambut panjang berwarna hitam sedikit kecoklatan itu menatap ke luar jendela. Gaura mengetuk-ngetuk jarinya perlahan di atas meja.
Gadis itu menghela nafas panjang, menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Buku-buku terbuka, namun gadis itu tak membacanya. Niat ingin mengerjakan tugas dirinya urungkan. Gaura menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya saat ini dipenuhi oleh lelaki yang menyandang nama Argara Althano.
Tujuannya ke sini bukan untuk itu. Tak ada niat sedikitpun yang terbesit dalam benaknya untuk bertemu dengan Gara. Semua ini di luar kendalinya.
Suara kucing membuat Gaura menoleh, menarik kedua sudut bibirnya ke atas mendapati Miko–kucingnya–memasuki kamar miliknya. Dengan cepat Gaura mengangkat kucing itu, membawa ke pangkuannya.
"Kenapa, Miko? Masih laper? Kan udah makan." Gaura mengusap lembut kucing itu.
"Lo tuh makan berapa kali, sih, hmm? Gue aja cuma dua kali, lo malah lebih. Lama-lama duit bulanan gue abis cuma buat ngurus lo." Gaura mengerucutkan bibirnya.
"Tapi nggak pa-pa, asalkan lo nggak minggat dari sini. Lo harus tetep nemenin gue apa pun keadaannya, oke? Awas lo ninggalin gue, gue santet." Gadis itu terkekeh dengan ucapannya sendiri.
Mungkin orang akan menilainya gila karena berbicara dengan hewan. Tetapi perlu di ketahui, berbicara dengan hewan seperti kucing ataupun ikan itu dapat mengurangi stres dan Gaura percaya itu.
Sebenernya kucing itu bukan miliknya. Namun, saat dirinya baru sampai di sana. Gaura mendapati kucing itu berteduh di depan rumahnya. Kucing dengan bulu putih yang indah namun tak terawat.
Karena merasa iba, Gaura membawa kucing itu masuk ke dalam lalu membersihkan bulu putihnya yang sudah kecoklatan.
Tak lupa juga Gaura memberi makan kucing itu seadanya. Setelah dirawat dengan baik, kucing itu tak mau keluar dari rumah Gaura. Gadis itu pun tak keberatan, karena dengan begitu dirinya bisa memilih teman bicara.
"Lucu banget, sih," ucap Gaura gemas. Kedua tangannya menekan-nekan kepala Miko, kucing itu jadi terlihat lebih menggemaskan.
"Dasar majikan kurang asem. Tau nggak, sih, kalau pengeluaran buat lo itu lebih banyak lho." Gaura menatap Miko yang sudah memejamkan matanya. Saat ini yang bisa dirinya ajak bicara hanya kucing itu, meskipun jawabannya hanya mengeong.
Gaura kembali menatap ke luar jendela, melihat indahnya bintang di sana. Sang rembulan yang nampak malu-malu tertutup oleh awan. Tangannya bergerak menepuk-nepuk pelan kucing di pangkuannya.
Pikiran kembali dipenuhi dengan banyak hal. Apa dirinya juga bisa memantulkan cahaya layaknya matahari yang memantulkan cahayanya pada bulan? Atau dirinya hanya bisa seperti wayang yang dikendalikan oleh dalangnya?
Gaura kembali mengingat di mana dirinya menghabiskan waktu masa kecilnya bersama lelaki itu. Sudah sangat lama memang. Namun, hal itu tak akan pernah dirinya lupakan.
"Gue nggak lupa, Gar. Tapi maaf."
(◕ᴗ◕✿)
Sekolah sudah tentu identik dengan kata peraturan juga hukuman. Siapa pun yang melanggar aturan pasti akan mendapat konsekuensinya. Aturan dibuat tentunya untuk melatih siswa-siswi agar disiplin. Namun, tetap saja ada yang melanggar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINAGARA [On Going]
Teen Fiction⚠️PIP PIP⚠️ Banyak kecacatan dalam menulis, masih banyak typo dan kesalahan kebahasaan. Revisi setelah end (kalau sempat) "Bulan butuh matahari untuk bersinar." Argara Althano, seorang lelaki yang menjadi idola para gadis di SMASAGA. Lelaki penyuka...