09•✿☞ SAUDARA TAK SEDARAH

240 14 2
                                    

Update nih 🥳

Mendadak banget nulisnya jadi baru update 😭🙏 maaf aja kalau banyak salah tulis ya

Typo typo tandai zeyeng 😘

Jangan lupa vote vote vote 🎉🧚

-Happy Reading-

Di lapangan basket out door. Siswa-siswi kelas XI IPA 3 sedang menunggu guru olahraga nya sekarang. Sudah lima belas menit berjalan, namun gurunya itu tak kunjung datang.

"Ra, lo tadi keren banget," celetuk Auris. Gaura menoleh, sebelah alisnya naik ke atas. Saat ini mereka duduk di pinggir lapangan, hari tak begitu panas namun tak mendung juga.

"Keren apanya?" tanyanya Gaura bingung.

"Keren lo, Ra. Nih ya selama gue sekolah di sini nggak ada yang berani lawan dia. Secara dia anak pemilik sekolah yang bisa ngelakuin apa aja." Hasya menyahut. Auris mengangguk setuju.

Alis Gaura menyatu. "Ngapain takut? Dia juga manusia, dia bukan hewan buas pemakan daging, lo berdua juga gak akan mati kalau lawan dia. Lagian mau dia anak pemilik sekolah atau anak presiden juga gak ada hak ngancem kita, kita punya hak juga di sini." jawab Gaura. Auris juga Hasya saling pandang, kemudian mereka tersenyum.

"Emang nggak salah gue pilih lo jadi temen gue, Ra," ucap Auris. Tangannya bergerak merangkul Gaura yang duduk di sebelahnya.

"Kayaknya cocok kalau di satuin sama Gara. Ya nggak, Sya?" Auris menatap Hasya langsung dibalas anggukan oleh gadis itu. Sementara Gaura, dahinya berkerut. Apa apaan ini?

"Apaan sih?! Nggak ada, nggak ada cocok cocoknya!" ketus Gaura. Gadis itu melipat kedua tangannya di dada. "Bisa stres gue kalau sama manusia modelan dia," ucap Gaura pelan.

"Apa? Lo ngomong apa tadi?" tanya Auris mendekat. Memang gadis itu tak mendengan kalimat terakhir Gaura, sebab gadis itu berbicara sangat pelan hampir tak terdengar.

Gaura tak menjawab, gadis itu justru menghela napas kasar. Pandangannya lurus ke depan menatap teman-temannya yang lain sedang bermain bola.

Di lapangan ini tak hanya kelas mereka, namun ada juga kelas dua belas dan kelas sepuluh. Satu mata pelajaran biasanya aja tiga kelas atau lebih yang memiliki jadwal olahraga sama.

"Ra, gue mau nanya nih, boleh nggak?" tanya Auris. Gadis itu senyum-senyum sendiri. Gaura menolehkan kepalanya, alisnya menekuk.

"Itu lo udah nanya." Gaura menjawab dengan kalimat yang sama seperti yang Gara ucapkan padanya kemarin. Gadis itu ingin melihat apa reaksi orang lain akan sama seperti dirinya ketika mendapat penyataan seperti itu. Namun, ternyata dirinya salah. Auris malah hanya menampakkan cengiran nya.

"Menurut lo, Gara itu gimana?" tanya Auris memancing. Siapa tahu Gaura memiliki perasaan lebih atau semacamnya.

Mendengus pelan. "Udah punya cowok, Ris. Ngapain nanyain cowok lain?" ucapan Gaura membuat bibir Auris mengerucut.

"Bukan gitu, Ra."

"Tau nih, udah punya cowok juga." Hasya ikut menyahut. Auris berdecak sebal lalu menjitak kepala Hasya pelan.

"Peka dikit kek!" cetus Auris kesal. Hasya hanya menyatukan alisnya tak mengerti. Auris menarik napas kemudian membuangnya perlahan. Hasya memang tak boleh di harap.

"Tapi tadi Gara narik Vero 'kan?" Hasya bertanya. "Jangan-jangan tadi Gara belain dia!" celetuk Hasya heboh. Auris berdecak sebal.

"Ya nggak lah! Mana sudi Gara belain sepupunya yang ganjen itu," jawab Auris tak suka dengan gadis yang menjadi topik obrolan mereka.

KINAGARA  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang