11•✿☞ MANUSIA ANEH

208 13 0
                                    

-Happy Reading-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Happy Reading-

"Ngomong apa lo tadi?" tanya Gara terkesan dingin. Dua lelaki itu menoleh. Ternyata Gara mendengar percakapan mereka tadi.

"Ngomong apa?!" Gara membentak. Namun, bukanya takut adiknya malah tersenyum miring. Ya, adiknya sendiri lah yang membuat Gara naik pitam siang ini.

"Kenapa? Lo ngerasa? Lo itu cuma anak yang bisanya habisin duit papa," sahut lelaki itu. Dengus kesal. Gara menatap adiknya tajam. Tangannya mencengkram kerah baju Dava sangat kuat.

Dava menatap Gara sengit. Lelaki itu berdecih pelan.

"Muka lo, Bang..." Dava menggantung kalimatnya. Melepas cengkraman tangan dari kakaknya, kemudian merapikan pakaiannya. "Kelihatan menderita."

Murid-murid yang merasakan hawa mencekam di lapangan basket out door berkumpul untuk menyaksikan kakak beradik itu.

Tangannya mengepal kuat. Rahang Gara semakin mengeras. Dengan sekuat tenaga Gara menahan amarahnya.

"Semua orang taunya lo anak dari Tuan Haidar Althaino, penerus perusahaan keluarga Altha yang nantinya akan di turunkan ke anaknya. Mereka mungkin berpikir lo yang bakal jadi penerusnya. Tapi apa mereka tau keadaan lo sekarang gimana?" Dava menaikkan sebelah alisnya.

"Anak pertama Tuan Haidar justru memilih tinggal di apartemen daripada tinggal bersama keluarganya."

Semua orang melongo tak percaya. Mereka tahu Gara adalah anak dari pemilik perusahaan terkenal. Namun, berita tentang Gara yang ternyata memilih meninggalkan rumah itu tak mereka ketahui. Bahkan mereka pikir kehidupan Gara itu sangat baik. Jadi, apa yang membuat Gara tak tinggal bersama keluarganya?

"Tuntutan bukan jadi alasan buat lo ninggalin rumah, Bang! Papa cuma mau yang terbaik buat lo. Tapi lo nya malah main sama anak yang nggak bener. Mau jadi apa lo ntar?!"

"Woy jaga mulut lo, ya!" teriak Lio tak terima. Apa-apaan dia ini. Dava memang adik temannya, tapi Gara tak pernah merendahkan orang dari segi manapun.

"Kenapa? Emang bener kan? Selalu masuk BK. Lo berempat harusnya sadar diri, masih mending Abang gue mau berteman sama anak-anak nakal kayak kalian." Mendengus kesal, Lio ingin maju namun Arvin lebih dulu menahan. Ingin rasanya Lio mengobrak-abrik wajah lelaki itu. Memang benar-benar sangat berbeda dengan Gara. Sikap Dava ini entah menurun dari siapa, sangat enteng merendahkan orang dari kalangan bawah.

"Cocot mu, Su! Maju ngene!" sarkas Savio yang juga ikut panas. "Lo jangan belagu, ya. Anak papi nggak usah banyak omong! Lo tuh adiknya Gara bukan sih? Curiga gue lo anak pungut."

KINAGARA  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang