Enjoyy!!!
***
Waktu berlalu dan Langit lebih dari sadar kalau dirinya telah jatuh cinta pada sosok Biru. Biru selalu membuat harinya lebih indah. Ia merindukan Biru setiap hari. Jika ia tak ada kuliah sekalipun, Langit akan datang ke kampus demi bertemu Biru. Entah itu mengajaknya hang out bersama atau hanya sekedar bertemu saja. Biru telah menjadi sosok penting untuknya.
"Loh, Kak Langit? Masih ada kelas kah?" Biru terheran-heran karena menemukan Langit ketika keluar kelas di jam empat sore. Langit menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia sendiri bingung kenapa ia ingin bertemu Biru.
"Enggak, aku nungguin kamu," jawabnya canggung.
"Hah? Aku nggak inget kalau ada janji sama Kak Langit." Biru mengingat-ingat kalau ia membuat janji atau tidak untuk bertemu Langit setelah kelas.
"Enggak, aku belum ngasih tau. Aku mau ngajak keluar nanti malam. Mau nggak?" Itu langsung terpintas di benak Langit. Tak ada rencana sama sekali. Ia hanya sangat ingin bersama Biru. Biru terlihat menimbang-nimbang ajakan Langit. Kalau dipikir-pikir tak ada salahnya. Tapi, ini malam minggu, bukannya biasanya orang-orang akan mengajak orang yang disukai atau kekasih mereka.
Biru jadi sadar kalau selama ini mereka tak pernah membicarakan tentang itu.
"Kak Langit nggak ada cewek yang diajak?" tanya Biru hati-hati. "Maaf bukannya nggak sopan atau gimana tapi ini malam minggu...."
Pundak Langit menurun. "Kamu udah ada janji sama yang lain ya?"
"Enggak sih." Mendengar itu Langit tersenyum.
"Kalau gitu yuk. Ada film bagus yang ingin ku tonton."
Tanpa bertanya lagi Biru mengangguk dan mensejajarkan langkahnya dengan Langit.
Sebelumnya, Langit memerintahkan Biru untuk meninggalkan motornya di kosannya dan membawa satu motor saja, seperti yang biasa mereka lakukan.
****
Di sinilah mereka sekarang. Setelah selesai menonton film di bioskop mereka mampir ke salah satu kedai smoothie di dekat pintu keluar mall. Biru dengan santai menikmati smoothie mangganya, sementara Langit sedang mengatur detak jantungnya yang sedari tadi terus meningkat.
Sudah sejak tadi Langit bertekat untuk mengutarakan perasaannya pada Biru. Ia ingin semuanya jelas. Ia ingin Biru tau kalau dirinya mencintai anak itu. Ia jengah karena Biru selalu menganggapnya kakak padahal ia tak pernah menganggap Biru sebagai adiknya.
"Biru, aku mau ngomong serius sama kamu, boleh?" Langit memulai obrolan seriusnya. Walaupun, jantungnya terasa ingin meledak.
"Boleh dong." Biru masih asyik dengan smoothienya. Menyesap dan menikmati setiap tetes yang melewati tenggorokannya.
"Emm, aku bingung cara ngomongnya." Langit mengusap tengkuknya salah tingkah. Biru terheran-heran melihat Langit.
"Ngomong aja kak. Nggak usah sungkan, biasanya juga ceplas ceplos. Hahahaa" Biru mencoba mencairkan suasana. Namun, tak berhasil mencairkan kecanggungan itu.
Langit mengetuk jari jarinya ke meja. Otaknya memberitahu kalau belum terlambat untuk membatalkan rencana gilanya untuk memberi Biru tentang perasaannya.
Namun, hatinya berkata lain. Ia ingin semuanya jelas dan perasaannya tersampaikan.
"Biru, sebenarnya aku suka sama kamu." Ia mengatakannya dengan cepat, tanpa melihat wajah Biru.
Saat itulah Biru merasa smoothienya salah mengambil jalan. Ia tersedak, wajahnya memerah mendengar perkataan Langit. Apakah ia salah dengar?
Sedang Langit sudah mempersiapkan mental untuk mendapat respon Biru. Ia tak pernah membayangkan respon baik dari Biru. Bagaimanapun, ia sadar kalau tak banyak orang menerima hal ini. Bukan tidak mungkin kalau Biru juga termasuk salah satunya. Biru masih terlihat bingung.
"Aku nggak salah denger kan, kak?" Langit tersenyum dan menggeleng. Kemudian mengulangi pernyataannya dengan lebih jelas.
"Aku. Suka. Sama. Kamu. Biru."
"Tapi.... Aku laki-laki kak, kakak juga...." kata kata Biru seperti menggantung di udara. Ia takut perkataannya menyinggung Langit. Ia bukannya tidak menerima orang-orang dengan orientasi berbeda, ia hanya terkejut hal itu terjadi padanya. Seorang laki laki? Jatuh cinta padanya? Itu terlalu mengejutkan untuk Biru.
"Iya kakak tahu. Makanya butuh waktu lama buat mengutarakan."
Biru paham. Ia bingung bagaimana merespon Langit yang menyatakan perasaan padanya.
"Mungkin aku juga butuh waktu buat memikirkannya, Kak. If you don't mind."
"Kamu nggak perlu mikirin kok, kakak cuma mau confess aja dan nggak berharap apa-apa. Cuma biar lega aja. Soalnya kakak terkadang ngerasa bersalah karena punya perasaan ini sama kamu. Kalau setelah ini kamu nggak mau temenan sama Kakak lagi juga nggak apa kok. Kakak paham."
Bohong.
Tentu saja Langit sangat berharap kalau Biru bisa menjadi kekasihnya. Bisa menjadi lebih dari sekedar adik tingkatnya. Kalimat terakhir juga ia katakan dengan setengah hati. Bisa gila kalau sampai Biru menjauhinya.
"Kakak nggak pengen aku jadi pacar kakak?" tanya Biru tiba-tiba yang membuat Langit sangat terkejut.
"Hah? Emang kamu mau jadi pacar kakak?!"pekik Langit spontan.
"Sssstt-" Biru menutup mulut Langit dengan tangannya karena orang-orang di sekitar melihat ke arah mereka
"Jangan keras-keras."
Langit terkekeh geli. "Lagian kamu suka bercanda."
"Aku nggak bercanda. Bakal aku pikirkan kalau kakak bener-bener pengen kita pacaran. Anggap aja karena aku percaya kak Langit bisa jadi partner yang baik. Masalah rasa suka, aku yakin bisa tumbuh sendiri." Entah apa yang merasuki Biru. Ia hanya penasaran saja. Ia penasaran bagaimana rasanya jatuh cinta. Walaupun, ia tak yakin.
"Oke, kakak tunggu hasilnya ya." MARI KITA AKHIRI PERMAINAN KAKAK-ADEK-AN INI BIRU!
Malam ini, Langit tak pernah merasa selega itu. Ia tersenyum sepanjang malam, memikirkan kencan seperti apa yang akan ia dan Biru lakukan. Hadiah apa yang akan ia berikan untuk Biru di hari valentine. Dimana mereka akan tinggal setelah lulus. Ia nanti akan tanya pada Biru lebih suka hidup di kota atau di desa, di gunung atau di pantai. Serta banyak hal indah lainnya yang Langit impikan.
Padahal Biru sama sekali belum berkata iya.
###jekjeksahi's notes
How's part 7? Kalo aku sih senyum-senyum sendiri woy, TT
See you next part ><
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Langit dan Biru || lokal bxb
RomanceTentang Langit yang mencintai Biru. Sangat. bxb, homophobic dni. lokal bxb bahasa indonesia