Extra Chapter 3.2 - Never Let Me Go

49 3 3
                                    


Saat kembali dari rumah dan mengecek kos Langit karena Biru khawatir, hal yang pertama Biru lihat adalah gelap. Di ranjang, ia bisa melihat gulungan besar, Langit, yang tak terlihat hidup.

Memang, Langit bahkan tak menyalakan lampunya di malam hari. Entah karena lupa atau memang enggan beranjak. Ia juga tak makan apapun selama dua hari.

Ketika mendengar suara pintu terbuka, Langit membuka mata sembabnya. Ia melihat di tengah remang-remang kamar Biru, sosok yang sangat ia rindukan sampai ia akan menjadi gila. Langit tak tau itu nyata atau mimpi karena setiap hari ia bermimpi Biru datang tapi ketika ia membuka mata, hanya gelap yang ia lihat. Saat Biru menyalakan lampu kamar, Langit langsung terbangun dan menyadari bahwa orang yang sekarang di kamarnya memang benar-benar Biru dan ini bukan mimpi.

"Kak Langit...." gumam Biru, agak terkejut melihat sosok Langit yang sangat berbeda dari biasanya.

Mendengar Biru memanggil namanya, Langit seperti manusia yang berpuluhan tahun tak bertemu manusia dan suatu hari menemukan manusia lain. Ia langsung memeluk Biru yang kebingungan.

"Biru, jangan pernah ngilang lagi ya? Maafin kakak. Kakak salah tapi tolong jangan tinggalin kakak seperti itu. Kakak nggak bisa hidup tanpa Biru."  Isak Langit di pelukan Biru menggema di ruangan bernuansa coklat itu.
Biru baru sadar, ia telah meninggalkan Langit seminggu dan ia tak mengabari sama sekali! Handphonenya tertinggal dan lebih parahnya ia lupa kalau harus memberi tahu Langit.

"Kak Langit…." Biru tertegun sehingga hanya bisa memanggil nama Langit. Bukankah memberitahu Langit kalau ia lupa mengabari akan membuatnya merasa lebih sakit? Juga, Biru tak ingin Langit tahu masalah di rumahnya.

"Biru, jangan pergi lagi ya?" Langit masih memohon dengan suara seraknya. Langit masih berpikir kalau Biru pergi karena marah padanya.

"I-iya kak. Maafin Biru juga yang kekanak-anakan." Biru balas memeluk Langit erat. Sekarang Biru merasa sangat bersalah. Langit sangat mencintainya hingga seperti ini, tapi dia malah melupakannya. Tanpa sadar, Biru meneteskan air mata.

"Biru pergi kemana? Nggak kuliah? Tugas-tugasnya gimana? Kamu makan apa aja pas nggak ada aku?" Langit bertanya bertubi-tubi. Bukan hanya basa-basi, tetapi ia benar-benar ingin tau. Tapi, Biru memandang Langit dari kepala sampai kaki seperti ingin mengatakan 'harusnya kakak khawatirin diri sendiri dulu baru khawatirin aku'.
"Satu-satu, Kak." Biru akhirnya menjawab sambil tertawa.

Langit saat ini sudah terlihat seperti manusia. Setelah makan dan mandi, manusia bucin itu kini tiduran di atas paha Biru. Memandangi kekasihnya dari bawah. Ia sama sekali tak pernah mengalihkan pandangan dari wajah yang seminggu tak ditemuinya. Bahkan ketika wajah Biru bergerak karena akan mengambil kapas dari meja, Langit mengikuti pergerakan wajah itu. Seperti takut akan hilang lagi.

Sedangkan Biru dengan lembut mengusap vitamin rambut ke rambut Langit. Menyisir dengan jari-jarinya. Setelah itu ia juga mengusap serum wajah ke wajah Langit. Karena sungguh, Langit tadi benar-benar mengenaskan. Rambutnya kotor dan acak acakan. Wajahnya kusut dengan mata sembab dan lingkaran hitam juga muncul di sekitar mata. Beberapa jerawat juga muncul di wajah yang biasanya mulus. Itu karena ia begadang dan menangis menunggu Biru pulang.

Sembari memijat wajah Langit, Biru kembali meminta maaf.

"Maafin Biru ya, kak." Suara Biru lirih. Benar-benar menyesal.
Langit menangkap satu tangan Biru yang berada di pipi kanannya. Kemudian mata mereka bertemu.

"Nggak apa-apa, Biru. Itu semua juga karena salah kakak. Kakak sendiri yang harus menanggung akibatnya." Langit berkata tulus. Tangannya menggenggam jemari Biru erat, seperti tak akan pernah melepaskannya lagi.

"Aku janji nggak akan ngilang kayak gitu lagi," kata Biru sungguh-sungguh. Langit tersenyum dan mengangguk.
"Aku juga janji nggak akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku akan izin kalau mau melakukan sesuatu padamu. Apapun itu."

Biru mengangguk dan berterimakasih.

"Aku mencintaimu."
Lagi lagi Biru hanya mengangguk dan berterimakasih. Langit ingin Biru menjawab 'aku juga mencintaimu'. Tapi, rupanya ia hanya mendapat jawaban 'terimakasih' walaupun Biru adalah kekasihnya.
***
Thanks for 1k <3
Yoo, abis ini season 2 mulai <3 trailer dulu nanti abis ini :D
jadi bingung deh mau dibuat buku baru apa disini aja?? hmm tp keknya disini aja deh, mager bikin cover :v

[BL] Langit dan Biru || lokal bxbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang