Part 8 - Hanging Me Like That

113 7 0
                                    

Enjoy!!!!

***
"Jadi, gimana? Mau jadi pacarku?"

Mungkin itu adalah pertanyaan yang selalu Langit ajukan pada Biru setiap menit mereka bersama. Biru dengan tampang menggoda akan menjawab, "Belummm, minimal kasih proposal."

Jika kalian pikir Biru tak serius dengan ucapannya, kalian salah. Biru sangat serius ketika ia bilang akan mempertimbangkan tawaran Langit untuk menjadi kekasihnya.

Sebenarnya, Biru juga merasa sangat nyaman jika berada di dekat Langit. Ia menyukainya ketika berada di pelukan Langit. Biru suka ketika Langit membuatkannya makanan. Ia suka ketika Langit mengajaknya pergi bersama. Dan ia sangat suka ketika Langit memintanya untuk menginap.

Namun, Biru tak pernah menyimpulkan kalau ia menyukai atau mencintai Langit. Biru tak berani. Karena menurutnya kata cinta sangat sakral dan tak bisa digunakan sembarangan. Selama ini, ia hanya menganggap Langit sebagai kakak saja. Walaupun ia pernah merasakan malu yang aneh saat Langit memeluknya.

"Kalau belum ya gak apa apa sih. Aku bakal nunggu." Langit berkata sungguh-sungguh.

"Hehe. Maaf kak. Kasih waktu lagi yaaa."

"Okay. Tenang, seribu taun juga bakal aku tunggu kok," gombal Langit.

Hari ini mereka kebetulan berpapasan setelah mengikuti mata kuliah. Seperti biasa Langit mengajak Biru makan siang bersama.

"Di tempat makan biasa kan. Ketemu di sana aja ya kak," kata Biru. Langit setuju karena keduanya membawa motor jadi mau tidak mau harus berpisah terlebih dahulu.

Jalan menuju tempat makan yang dijanjikan lumayan ramai karena rata rata mahasiswa sedang mencari makan siang. Namun, Biru membawa motor dengan kecepatan "normal" yang cukup berbahaya.

Tiba-tiba, "brakkk!!! Aaaa!" Motor scoopy berwarna putih yang tengah melaju di depannya berbelok tanpa memberikan sign. Sehingga Biru menabraknya dengan keras tanpa ampun. Menimbulkan suara ribut yang mengundang puluhan pasang mata mengarah pada mereka. Biru juga jatuh terjerembab dan sikunya mengenai aspal yang panas dan keras.

Dalam hati Biru mengumpat. Ia yakin nanti semua badannya akan sakit nanti.

"Gimana sih?! Pakai motor tuh liat liat. Udah tau jalan rame main ngebut aja. Lagi ngejar apaan sih?!" Perempuan yang kini terduduk dengan celana kotor dan siku berdarah mengomel marah. Rambutnya yang sedikit panjang juga kotor terkena tanah.

Dalam hati Biru mengumpat, "Elu yang kalau nggak bisa pakai motor mending jalan kaki aja neng."

Namun, untuk menjaga martabatnya sebagai lelaki ia hanya meminta maaf dan membantu cewek itu berdiri dan mengangkat motornya yang terjatuh. Beberapa orang yang kebetulan lewat juga membantu memeriksa motor keduanya.

"Maaf kak, saya kira kakak nggak mau belok tadi."

Cewek itu masih merengut.

"Pokoknya kalau ada yang rusak lo harus ganti."

"Iya kak."

"Sini nomer lo, nanti motornya gue bawa ke bengkel."

Biru dengan enggan memberikan nomor handphonenya pada cewek itu.

"Siapa nama lo?" Masih dengan nada ketus, cewek itu bertanya.

"Biru, kak."

Ia kemudian mengetikkan nama Biru di kontaknya.

"Gue pasti bakal hubungin lo buat tanggungjawab." Cewek itu masih mengomel. Karena tidak mau berdebat dan Langit juga sudah menunggunya, Biru hanya mengiyakan sebelum meninggalkan keramaian yang perlahan bubar.

[BL] Langit dan Biru || lokal bxbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang