Part 13 - Ibu Langit

96 8 0
                                    

Hello!! Happy reading!!

***

"Biru, temen-temenku udah tau kalau kita pacaran." Langit memberitahu Biru tentang apa yang terjadi di kantin tadi siang. Juga dengan reaksi mereka. 

Ngomong-ngomong, saat ini mereka tengah pillow talk sebelum tidur. Biru berada di dekapan Langit, bersiap pergi ke alam mimpi dengan nyaman.

"Maksudnya temen kakak yang tiga itu?" tanya Biru memastikan.

"Iya. Dan mereka ngasih ucapan selamat buat kita."

Biru terlihat tidak tau harus berkomentar apa. Ia cukup senang karena orang-orang terdekat Langit menerima hal itu.

"Kamu nggak apa-apa kan?" Langit agak khawatir karena Biru hanya terdiam.

"Nggak apa-apa kak. Aku kan pernah bilang, kalau hubungan kita nggak perlu jadi rahasia. Kalau ada yang tau, ya udah. Kecuali orang tua ku mungkin bakal beda kasus, hehe."

Langit sudah tau, bagaimana hubungan Langit dan orang tuanya. Ia ingin bertemu mereka dan meminta izin untuk memiliki Biru, tapi itu sepertinya tidak mungkin.  Sama dengan ia memberitahu ibunya bahwa Biru adalah kekasihnya. Ia tak cukup berani untuk itu karena taruhannya adalah kehilangan Biru.

"Ibuku juga."—Langit

"Besok kan ketemu."— Biru

"Deg degan nggak mau ketemu calon mertua?"—Langit

"Lumayan sih. Tapi kan ketemu cuma sebagai temen. Hehehe." Keduanya tertawa dan saling memeluk lebih erat lagi, hingga terbawa ke alam mimpi.

***

Rumah minimalis dengan pagar setinggi dua meter itu terlihat asri dari luar. Langit menekan bel rumahnya. Sebenarnya, ia sudah mengirim pesan pada ibunya kalau sudah sampai tetapi sepertinya ibunya tak memegang handphone sekarang. Langit juga sudah bilang kalau membawa teman. Kemungkinan saat ibunya sedang di dapur. Membuatkannya dan Biru makanan.

Beberapa saat kemudian, seorang perempuan paruh baya tampak keluar dari pintu dengan wajah berseri-seri. Ia masih terlihat muda dari penampilannya. Rambutnya dikuncir kuda seperti anak muda. Pakaiannya juga berwarna warni tetapi tidak norak, dengan kaos rumahan berwarna hijau tosca dan celana kulot berwarna abu-abu. Ia membuka pintu pagar dengan tergesa-gesa.

"Aaa Langitt, ibu kangennn, sini peluk duluu." Ibu Langit merentangkan tangannya untuk meminta pelukan Langit. Langit menyambutnya dengan wajah bahagia juga. Perempuan itu juga tak lupa mencium pipi kanan dan kiri anak satu-satunya itu,

Biru memperhatikan dengan mata berkaca-kaca. Ia juga ingin jika pulang disambut seperti itu. Ia juga ingin punya ibu seperti ibu Langit.

"Itu teman yang kamu bilang mau ikut kah?" Setelah selesai acara cipika cipiki dengan Langit, ibu Langit sepertinya baru sadar kalau ada orang lain yang berdiri di samping Langit.

"Ah, iya bu. Ini Biru, adik tingkat aku. Dia nggak pulang, jadi aku ajak dia ke rumah aja. Soalnya di sana nggak ada temennya. Dia juga pengin main ke daerah ini katanya." Langit mengarang cerita dengan lancar.

Ibu Langit merentangkan tangannya lagi. Membuat Biru menatapnya bingung. Jadilah mereka saling tatap-tatapan.

"Ahh, Biru ini." Ibu Langit tanpa meminta persetujuan Biru memeluknya. Biru tertegun. Selain Langit, ibu Langit adalah orang kedua yang pernah memeluknya. Tidak heran Langit tumbuh menjadi pria yang lembut (kalau lagi lembut) dan penuh perhatian. Rupanya itu turunan dari ibunya. Biru dengan ragu membalas pelukan ibu Langit. Matanya berkaca-kaca. Langit yang melihatnya tersenyum geli. Dua orang yang paling ia sayangi di dunia sedang berpelukan! Ia merasa sangat bahagia.

[BL] Langit dan Biru || lokal bxbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang