Bukannya melaju ke kos, Langit malah melajukan motornya ke arah lain.
"Loh, kita mau kemana?"
Biru tak mendapat jawaban dari Langit atau mungkin Langit tak mendengar pertanyaan Biru.
Ternyata Langit berhenti di area bukit dekat daerah kampus. Dari sini mereka bisa melihat pemandangan seluruh area kampus mereka yang modern tapi masih terlihat hijau juga. Disini juga ada beberapa orang yang sedang menikmati senja.
"Kalau mau ngomong disini aja." Setelah memarkirkan motornya, Langit mengajak Biru duduk di salah satu bangku yang menghadap ke arah matahari sore.
Entah kenapa Biru malah menjadi gugup. Kata-kata yang sudah ia rangkai sedemikian rupa sepanjang jalan mendadak hilang. Mungkin kalau di kos ia akan bisa mengatakannya dengan lancar, tapi dengan suasana seperti ini, ia menjadi sangat gugup.
Sedangkan, alasan Langit membawanya ke tempat ini, selain untuk meromantisasi adalah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jika Biru tidak memberikan jawaban seperti yang diharapkannya, ia akan dengan mudah menghindari tempat ini dan melupakannya, tetapi kalau Biru menjawab di kosnya, tempat dimana ia hidup dan pulang, maka hal itu akan sulit untuknya. Masa Langit harus pindah. Sayang banget udah bayar setahun.
Biru memainkan ujung baju yang ia pakai untuk mengurangi rasa gugupnya.
"Ehem, sebelumnya aku minta maaf-" Langit menahan napas. Biasanya kalau diawali dengan minta maaf, hasilnya tidak akan baik. Tapi ia dengan seksama tetap mendengarkan.
"-karena gantungin Kak Langit begitu lama."
"Tapi karena itu aku jadi yakin, aku yakin kalau kak Langit bisa jadi partner yang baik buat aku. Kita bisa jadi lebih dari sekedar kakak adik tingkat ataupun teman."
Saat ini detak jantung langit meningkat lima kali lipat.
"Ayo kita pacaran, Kak."
Dan di sepanjang hidup Langit, sunset sore ini adalah sunset terbaik di hidupnya.
Langit refleks akan memeluk Biru untuk merayakan bahagianya, tetapi Biru menjauh. Menolak dengan halus.
"Tapi aku ada beberapa permintaan ya kak. Jangan buat jelas kalau kita pacaran. Nggak perlu ngerahasiain, tapi jangan pamer. Kakak tau kan maksud aku?"
Langit mengangguk paham. Ada setitik kecewa di hatinya, pacar spek Biru, sayang banget nggak mau di pamerin. Padahal Langit sudah sangat siap untuk memposting wajah Biru di instagram dengan sound "this baby finally my boyfriend" atau dengan lagu Penjaga Hati dan Kau Rumahku. Tapi, Langit bisa mengerti dan permintaan Biru sangat berdasar.
Biru yang melihat kekecewaan di wajah Langit, tersenyum. Kemudian, ia merogoh sesuatu dari sakuny dan mengeluarkan dua bungkus roti kecil berbentuk hati. Tadi ia sempat mengantonginya karena terlihat enak.
Ia menyerahkan satu bungkus untuk Langit.
"Nih, buat kakak." Senyum Langit merekah tak terkendali. Bahkan, hal sekecil itu bisa membuat Langit bak terbang ke angkasa.
"Biru, pegangin kakak cepat. Kakak udah mau terbang nih." Keduanya tertawa bersama. Menikmati senja yang cukup indah. Langit berharap waktu berhenti saat ini. Agar kebahagiaannya tidak hilang. Agar ia bisa menjaga Biru tetap di sampingnya seperti ini.
####
jekjeksahi's notes
how's part 9?
ini dikit bgt jujurrr, sekarang beneran ku kasih dua part 🔥🔥
![](https://img.wattpad.com/cover/351992493-288-k20454.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Langit dan Biru || lokal bxb
RomanceTentang Langit yang mencintai Biru. Sangat. Sampe agak goblok. warn! bxb, homophobic dni. lokal bxb bahasa indonesia slightly mature scene, be mindful