Part 6 - Close, like brothers

60 7 0
                                    

Enjoooy!

***

Tak terasa satu semester sudah berlalu. Banyak hal yang Biru dapat dari kuliahnya. Ia mendapat beberapa teman juga. Untuk belajar dan mengerjakan tugas bersama, dan untuk makan siang bersama jika ia ada kuliah pagi dan siang. 

Namun, teman terbaiknya tetaplah Langit.

Biru sepertinya sudah menganggap Langit sebagai kakak laki-lakinya. Ia semakin percaya pada Langit dan sedikit banyak bergantung padanya. Langit tak keberatan. Ia senang ketika Biru meminta bantuan padanya. Apapun. Ia akan dengan senang hati membantu Biru.

"Biru, mau nginep di tempatku malam ini?" tanya Langit di suatu sore. Langit dan Biru seperti biasa tengah menyantap makan malamnya di sebuah warung makan. Mendengar tawaran Langit, Biru sedikit berpikir. Sesaat kemudian ia menggeleng.

"Sepertinya enggak, Kak. Aku mau belajar untuk UAS besok." Biru menjawab, sedikit ragu. Ia sebenarnya ingin menginap karena ada kelas jam 7 dan UAS, tapi ia juga harus belajar untuk mematangkan persiapanan.

"Mata kuliah apa? Belajar bareng kakak aja." Ide bagus. Sambil modus ya Langit.

"Emang kakak nggak belajar buat UAS juga? Bukankah jadwalnya sama?" tanya Biru. Ia masih belum terlalu paham sistem jadwal ujian di kampus.

"Enggak kok. Kamu nginep aja. Jam tujuh kan besok jadwalnya? Bagaimana kalau kamu udah belajar tapi nggak ada yang bangunin karena kesiangan? Rugi dong. Mending nginep, kalau kesiangan nanti aku bangunin. Hehehe...." 

Ya, Langit memang sudah hafal jadwal Biru. Entahlah, dia lebih hafal jadwal Biru daripada jadwalnya sendiri.

"Iya juga." Biru bergumam membenarkan logika Langit. Langit mengangguk. Dalam hati ia memuji kecerdasan dirinya. Semakin lama bersama Biru, Langit semakin terlatih untuk modus.

"Yaudah, aku nginep ya, Kak," kata Biru akhirnya. Langit mengangguk dan tersenyum senang.

****

Biru membuka buku modulnya dan mulai membaca sambil tiduran di kasur Langit. Langit sering mengingatkan Biru untuk berhenti membaca atau bermain handphone sambil tiduran, tetapi karena sudah jadi kebiasaan Biru tetap sering melakukannya. Walaupun, ia sudah memakai kacamata dan padangannya sudah blur jika kacamatanya ia lepas. Kadang ia memakai lensa kotak sih. Tapi, jika mempunyai waktu lebih untuk memasangnya.

Besok adalah ujian sejarah seni dan desain. Banyak teori yang harus ia hafal walaupun ia pikir tak akan jadi hal penting di masa depan. Tapi, namanya juga Biru, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapat nilai bagus karena itu berpengaruh ke nilainya. Dan tentu saja ia tau nilainya akan berpengaruh di masa depan. 

Semester 1 memang masih banyak mata kuliah yang berisi teori. Bahkan pelajaran matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris masih Biru dapatkan. Sehingga, ia memang lebih sering belajar teori. Teman-temannya bilang, mereka akan mendapatkan mata kuliah full jurusan di semester 4.

Sedang, Langit saat ini tengah berada di ruang lain yang terpisahkan oleh sekat, mengerjakan sesuatu di laptopnya. Kalau dilihat, jadinya seperti Langit yang tengah menginap di kos Biru, bukan Biru yang menginap di kos Langit.

 Namun, itu hanya berlangsung sebentar karena beberapa saat kemudian, Langit meninggalkan meja belajar dan menghampiri Biru yang tengah membaca di kasurnya. Wajah serius Biru membuat Langit tersenyum tipis. Kenapa ia begitu tampan, manis, dan indah? Langit sudah lama ingin menggigitnya.

Heh?

"Biru kebiasaan deh, jangan baca sambil tiduran. Kasian matanya! Udah dibingkai gitu," tegur Langit. Biru mengalihkan bukunya untuk melihat Langit. Kacamatanya sudah merosot melewati setengah hidungnya.

[BL] Langit dan Biru || lokal bxbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang