SEASON 2: Prologue

32 3 2
                                    

"Kak Langit, apa kabar?"

Suasana kafe masih mengingatkan pemuda bersurai hitam sedikit berantakan itu akan perpisahannya dengan lelaki yang duduk berseberangan dan terhalang meja bundar itu. Senyumnya masih sama. Menyapanya tanpa tau jika hal itu memporak porandakan hati sang pemilik.

"Baik, tapi tak tau setelah ini," jawab ia sesuai kata hati.

Pemuda yang tak lagi menggunakan kacamata dan kini mengenakan kaos hitam itu terkekeh kemudian menyesap smoothie mangganya. 

Langit memandang mantan kekasihnya tanpa berkedip. Dua tahun tak bertemu ternyata dia masih menyukainya. Sama seperti Biru yang masih menyukai smoothie mangga, Langit juga masih menyukai Biru.

"Kalau Biru apa kabar?" ia berinisiatif untuk bertanya balik. Menunggu dengan sabar jawaban Biru yang sedang asyik menikmati smoothie-nya.

"Aku juga baik, dan bahkan lebih baik lagi setelah ketemu Kak Langit," jawabnya lagi. Tanpa dosa.

Mereka bertemu tanpa sengaja. Dua tahun tak berkabar, tak berusaha menyapa bahkan lewat sosial media, tak bisa dibantah jika Langit sangat merindukan mantan kekasihnya. Tentu saja Langit sudah berusaha melupakan pria bernama belakang Hardana itu dengan tak mudah. Tak berhasil juga.  Ketika melihat punggung yang tak asing saat belanja di sebuah toserba, hatinya berdegub kencang. Ingin ia berlari memeluknya. Namun, ia tak berani, takut jika nantinya pemilik punggung itu sudah memiliki orang lain di sisinya. Belum sempat Langit berbalik, orang itu menoleh ke arahnya dan dengan wajah sama terkejutnya kemudian dengan antusias memangil namanya.

"Kak Langit?!" Rupanya Biru juga masih hafal dengan Langit. Setelah itu, mereka sepakat untuk 'reuni' dengan makan bersama.

Langit berdehem untuk melepas kecanggungan. Bertemu dengan seseorang yang pernah mengisi hati, membuatnya risau akan berbuat apa. Tapi pastinya, ia ingin terus memandangnya. Membalas rindu yang setiap hari menyapa.

"Kak Langit, sepertinya aku akan banyak meminta bantuan kakak saat disini, boleh?"

Langit mengangguk tanpa berpikir dua kali.

"Tentu saja. Aku akan selalu ada kalau Biru butuh bantuan. Seperti dahulu."

Kali ini Biru yang berdehem canggung. Mengingat tahun-tahun ia bersama seseorang yang selalu menjadi andalan disaat-saat sulit, sedih dan senang. Ia juga seseorang yang mencintainya dengan sepenuh hati. Ketika bertemu kembali, ia merasa tenang. Tenang karena ia masih memandangnya seperti dulu, dan masih menyambutnya seperti dulu. Apakah ia juga masih mencintainya seperti dulu?

"Biru, bolehkah aku bertanya?"

Biru mengangguk kecil.

"Apa.... Biru pernah merindukanku?"

"...." Sulit untuk mengatakan tidak, tetapi canggung untuk mengatakan jika Biru merindukannya.

"Karena aku merindukanmu setiap hari."

###

Haiii, Langit & Biru is [are] backkkk!! Enjoyyy!

Sebenarnya dulu pengin buat cerita yang flashback - present - flash back - present gituu. Tapi, ternyata menurutku lebih baik dibuat S1 dan S2 saja hihi. Semoga sukaa <3

**jekjeksahi**

[BL] Langit dan Biru || lokal bxbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang