Chapter 22

205 28 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







🌼🍁

        Nes berdiri dari duduknya. Ia sedikit tak nyaman dengan kain yang mengikat bagian matanya. Ia harus mencari jalan keluar. Wanita itu melirik Russia yang ternyata melakukan hal yang sama. Untungnya mereka membawa benda darurat yang bisa menghasilkan cahaya.

      

       "Kau, siapa sebenarnya?."

🍁🌼

      "Apa untungnya aku memberitahu indentitas ku pada mu?." Tanya Nesia acuh tak acuh.

      Wanita itu meraba- raba dinding di depannya. Entah kenapa, feeling nya mengatakan kalau di depannya terdapat ruangan lain. Selain tempat mereka berdua terkurung di reruntuhan ini. Ia juga sedikit mengetuk dinding reruntuhan nya– tentunya memilih bagian dinding yang tak tajam.

      "Ada gema. Tak salah lagi." Gumam Nesia.

      "Minggir." Usir Russia yang menyuruh wanita itu memberinya ruang.

      "Ap–."

     
Buagh


       Tanpa mendengarkan ucapan Nesia, Russia melayangkan tinjunya nya pada dinding reruntuhan di depan mereka. Dalam sekejap, dinding tersebut bolong. Menyisakan reruntuhan kecil dan debu yang tambah menghalangi pandangan mereka.

     "Uhuk– uhuk– Kau gila? Tangan mu baru saja kulilit dan kau?." Nesia menatap tajam Russia dari balik topeng nya.

     Russia mengacuhkan ucapan wanita itu. Ia memilih melangkahkan kakinya, ke ruangan asing yang baru saja mereka temukan. Ruangan tersebut sangat lembab dan berbau aneh (?). Belum lagi rembesan air yang entah dari mana asalnya.

       "Tempat apa ini?." Tanya Nesia pelan.

       "Seperti got? Tapi terlalu kering." Tambah nya.

      "Tempat ini– tak salah lagi." Ucap Russia yang tiba- tiba berlari sambil menahan tangan nya yang ternyata mengeluarkan darah.

🍁🌼

       "Wah tak kusangka. Ku pikir kau sudah mati." Ucap seorang pria bersurai biru muda nyaris putih.

      Pria itu memainkan pion– hitam caturnya, sambil menatap remeh pria bersurai merah di sebrang nya. Dengan luka sayatan yang menghiasi mata kirinya. Pria bersurai merah itu tersenyum miring, merasa di remehkan oleh lawannya.

[ B ] Silence | RussXfemIndo [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang