TEMAN LAMA

8 1 0
                                    

Malam itu Alvan berjalan tanpa tujuan. Ia benar-benar pergi dari rumahnya. Ia akan membuktikan kalau ia bisa hidup tanpa uang dari papanya. Alvan berjalan dengan menendang apapun yang ada dihadapannya. Ia tidak tau harus pergi kemana.

"Kruyuk-kruyuk," cacing di perut Alvan demo meminta untuk diberi makan. Alvan merogoh dompet di sakunya, membuka, lalu mengecek uangnya. Ia hanya menemukan uang lima ribu rupiah di dompetnya. Sejenak ia menghela nafasnya. Apa yang bisa ia beli dengan uang lima ribu rupiah itu? Alvan pun duduk dipinggiran jalan, seraya memegang dompetnya yang kosong itu.

"Alvan!"

Alvan pun mengedarkan pandangannya. Ia mendengar seseorang memanggil namanya. Tapi tidak ada siapapun disana. Alvan sudah berpikir yang macam-macam, ia merinding.

"Lo Alvan kan?" tanya seseorang yang sudah berdiri di hadapannya.

Alvan memperhatikan orang itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Alvan memastikan apakah kakinya menapak tanah atau tidak. Alvan menghela nafasnya saat tau kaki orang yang berdiri dihadapannya itu menapak tanah.

"Lo Alvan kan?" tanya orang itu lagi. Sejenak Alvan menganggukkan kepalanya.

"Iya, lo siapa? Kok lo tau nama gue?" kata Alvab balik bertanya.

"Gue Alden, temen SMP lo dulu," jawab orang itu.

"Alden yang dulu nembak kakak kelas paling hits di sekolah tapi di tolak?" tanya Alvan. Sejenak Alden tertawa.

"Lo masih inget aja sama kejadian memalukan itu Van," jawab Alden.

"Lagian lo itu mau nembak cewek enggak pake perhitungan dulu," kata Alvan ikut tertawa.

Mereka berdua pun tertawa.

Alden Ramatha Pratama atau yang biasa di panggil Alden adalah teman SMP nya Alvan dulu. Bisa di katakan kalau Alden adalah teman lama Alvan. Orangnya simpel dengan tampang pas-pasan tapi selalu memiliki impian yang tinggi. Ia akan melakukan apapun untuk mimpinya itu, termasuk soal menembak kakak kelas yang paling hits disekolahnya itu.

Itu adalah kelakuan nekad Alden yang pernah Alvan tau. Bahkan ia melakukan itu di tempat umum, di perhatikan seluruh warga sekolah, dan ia pun sangat percaya diri, tapi ternyata kakak kelas hits itu menolaknya, dan akibatnya, ia pun menjadi bahan tertawaan warga sekolah.

Kalau bukan karena tingkat percaya dirinya yang tinggi, ia pasti akan langsung lari terbirit-birit dan bersembunyi karena malu. Tapi yang ia lakukan saat itu adalah tetap memamerkan senyumnya yang biasa-biasa saja kepada seluruh warga sekolah.

"Lo ngapain disini?" tanya Alden.

Alvan terdiam, ia bingung harus menjawab apa.

"Kruyuk-kruyuk," cacing di perut Alvan kembali melanjutkan demonya. Haknya untuk makan belum di penuhi oleh Alvan.

"Lo laper Van?" tanya Alden dengan ragu-ragu. Alvan menganggukkan kepalanya.

"Yaudah tinggal beli makanan aja kok repot, kasian tuh cacing di perut lo, dia meminta haknya tapi enggak lo kasih," kata Alden.

"Masalahnya gue enggak ada uang," jawab Alvan.

"Bokap lo aja pengusaha kaya raya. Pulau aja bisa dibeli, masa lo enggak ada uang," kata Alden.

Alden berbicara semaunya sendiri. Tanpa tau apa masalah yang sedang Alvan hadapi.

"Gue bener-bener enggak ada uang Alden," jawab Alvab seraya menunjukkan isi dompetnya yang kosong. Hanya uang lima ribu yang mengisi sebagian sisinya. Alden mengernyitkan dahi melihat isi dompet Alvan.

GEDUNG BERDASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang