DIBAWAH GUGURNYA DAUN MEPLE

2 1 0
                                    

"Dyandra juga rindu, Kak," balasnya.

Sesaat setelah membaca balasan pesan dari Dyandra, Alvan langsung menekan tombol call. Terdengar suara dari sebrang sana. Alvan tersenyum. Rasanya sudah lama ia tidak mendengar suara Dyandra. Dan pagi ini, rasa rindunya sedikit terobati.

"Tumben kamu jam segini bisa angkat telepon Kakak?" kata Alvan.

"Dyandra baru pulang kerja, Kak," jawab Dyandra.

"Kamu lembur, Ra?" tanya Alvan.

"Iya, kejar deadline. Dyandra pusing banget, Kak," kata Dyandra.

"Disini udah jam sepuluh pagi, harusnya disitu udah jam sepuluh malam. Kamu lembur apa sampai jam segini?" tanya Alvan.

"Laporan bulanan, Kak. Sebenernya Dyandra udah selesai dari kemarin. Kemarin pun sudah di cek, katanya udah bener. Tapi tadi kata bos, ada banyak yang harus di ubah, dan besok pagi juga harus selesai, jadi Dyandra harus lembur," jelas Dyandra.

Sejak dua bulan yang lalu, Dyandra memang bercerita kalau ia sedang magang di suatu perusahaan. Dyandra adalah mahasiswa terbaik diangkatannya, wajar saja jika setelah wisuda sudah ada perusahaan yang mau mengajaknya bekerja sama.

"Kamu gak coba perusahaan lain, Ra. Cari yang lingkungan kerjanya nyaman, biar kamu juga gak tertekan," jawab Alvan.

"Saat ini belum bisa, baru seminngu yang lalu Dyandra tanda tangan kontrak, Kak," jawab Dyandra.

"Berapa lama, kontraknya?" tanya Alvan.

"Cuma setahun, Kak," jawab Dyandra.

"Ra, setiap pekerjaan itu punya resikonya masing-masing," kata Alvan.

"Iya, Kak. Kalo Dyandra gak kerja, Dyandra butuh uang. Tapi kalo Dyandra kerja, Cuma dijadikan boneka kesanyangan. Sebenernya dalam hati Dyandra ingin memberontak, rasanya ingin marah, tapi Dyandra cuma karyawan," jawab Dyandra.

Sejenak Alvan tersenyum. "Gak papa, Ra. Nikmati aja prosesnya," kata Alvan.

Terdengar hembusan nafas di seberang sana. Nampaknya gadis pujaan hatinya itu sungguh kelelahan. Alvan hanya tersenyum menikamatui setiap hembusan nafas Dyandra. Iya. Senyumnya kembali, setelah ia mengenal Dyandra.

"Kakak liburan tahun ini pulang gak?" tanya Dyandra.

Sejenak Alvan terdiam. "Kakak belum tau, Ra," jawab Alvan.

"La kenapa, Kak? Ada banyak tugas ya, Kak? Tanya Dyandra.

"Do'ain aja Kakak bisa pulang ya, Ra," jawab Alvan.

Sejenak suasana hening, tak ada percakapan diantara mereka. "Ra," panggil Alvan memecah keheningan.

"Iya, Kak," jawab Dyandra.

"Kamu istirahat dulu ya, Ra. Kamu pasti capek. Kakak juga masih ada kelas ini," kata Alvan.

"Yaudah, Kak. Dyandra istirahat, ya. Kakak yang semangat kuliahnya," jawab Dyandra.

Alvan pun menutup teleponnya, dan melanujtkan jam kuliahnya.

Sepulangnya dari kampus, Alvan duduk di tempat belajarnya, ada beberapa tugas yang belum ia kerjakan, dan deadline sudah mepet. Saat tangannya sedang asyik menulis, tiba-tba ia teringat dengan pertanyaan Dyandra. Apa ia bisa pulang di liburan tahun ini? Sedangkan Alvan hanya bisa berangkat dan pulang di biayai pemerintah saat pertama kali datang dan saat ia sudah selesai, jika ia ingin pulang saat liburan, ia harus mencari biayanya sendiri. Iya memang, biaya pendidikan Alvan termasuk makan dan tempat tinggal di biayai pemerintah. Jika Alvan tidak bisa mengatur uang makanan, maka ia tidak bisa punya uang tabungan. Ia pun bingung mau kerja apa?

GEDUNG BERDASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang