32. Ke Basecamp

1.9K 101 0
                                    

"Udah enak?" tanya Erhan di detik pertama Abian datang dengan wajah suram, tapi setidaknya dia sudah berpakaian kaos putih dengan celana se lutut.

"Gue sambit juga tu pala!" desis Abian langsung, dia faham betul kemana arah ucapan temannya tersebut.

"Haha." Erhan sontak tertawa keras sekali di tempat.

"Katanya nggak anu-anu, tapi tadi aja sampe buka-bukaan." Erhan melihat jelas loh, bagaimana Abian telanjang bulat dari belakang, dengan Umira yang di tindih lagi.

Erhan sekarang baru mengerti kalau wanita selalu berkata 'mulut laki-laki emang nggak bisa di percaya'. Dan ini buktinya mulut temannya juga sama.

"Han!" sentak Abian. Dia sudah cukup malu loh tadi, kalau terus di ejek begini, dia bisa melepaskan juga untuk memberi bogeman agar mulut Erhan lekas diam.

"Haha iya-iya, gue maklum kok, namanya juga udah sah. Jadi terserah mau coblos bagaimana pun."

Abian bangkit berdiri sambil mengangkat tinjunya.

"Eh eh, udah ini, udah diem," Erhan melotot panik sendiri melihat hal itu.

Ck,

Abian menatap tajam, tapi karena tidak mau memper panjang, jadi dia memilih mengambil duduk di sofa saling adu sudut dengan posisi Erhan.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Abian akhirnya.

Dan Erhan pun langsung merogoh saku hoodie yang dia pakai, lalu menyerahkannya pada Abian. "Nih, hape lo. Jatuh di warung belakang."

Abian menerima ponselnya itu, dia tadi setelah ujian dia ke sana dan tidur. Dan setelah mengechat Umira untuk menunggunya di parkiran. Dia sudah tidak perduli lagi.

"Hm, makasih," ucap Abian sekilas, dia tetap mengucapkan itu sebagai bentuk mengapreseiasi Erhan yang sudah jauh-jauh mau datang mengantarkan.

"Yok i, untung nggak di ambil orang. Tapi ya siapa juga yang mau ambil hape Abian Bartarega. Sama aja mau di bantai." Apalagi di warung belakang ya tempat berkumpulnya anak-anak macam Abian, semua segan dengan pria itu dan tidak akan berani macam-macam.

"Ya udah sana lo balik!" perintah Abian terang-terangan tanpa basa basi.

Erhan memberenggut, "Ngusir banget ya kayaknya!"

"Cepet sana!" Abian tidak mau tau, dia ingin Erhan pergi.

Akhirnya Erhan pun bangkit berdiri dengan menyeringai penuh ejekan, "Iya deh iya, yang mau lanjutin anu-anu sama ayank."

Hng ...

Abian mendelik penuh.

Mulut Erhan mau di dupak atau gimana ini ceritanya?

"Kapan-kapan kasih gue testimoni enak-enak versi elo ya, siapa tau jadi pertimbangan gue nikah muda, haha." Erhan kembali semangat empat lima menggoda sang teman, yang reaksinya lucu sekali dimatanya. Tidak pernah loh Abian begini.

"Njing!" umpat Abian seraya mengepalkan kedua tangan erat di tempat dan sudah berdiri mengikuti Erhan.

Erhan buru-buru berlari keluar rumah, takut di sleding Abian.

Tapi saat sudah kelauar, dia membalik badan lagi untuk berucap sesuatu yang ada di otaknya, "Buatin ponakan yang banyak luchu luchu ya, Hahaha."

Abian melangkah cepat, dan ...

Brakkk ...

Ia menutup pintu kasar. Tapi dia masih bisa mendengar tawa keras Erhan dari luar.

Shit! Abian masih malu loh ini, otongnya terlihat, dia tidak percaya sepenuhnya kalau Umira tidak lihat. Pasti tadi melirik pasti, Arhhh ...

Young Second Married [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang