Happy Reading
***
Umira Anindia, dia itu bisa di bilang wanita yang tangguh, ayahnya sudah meninggal dunia sebab kecelakaan lalu lintas, sedangkan dia tinggal dengan ibunya.
Tahun-tahun belakangan mereka hanya hidup berdua saja, mengandalkan asuransi juga bisnis yang saat ini di urus pamannya.
Umira tau mamanya sedih sekali karena di tinggal sang suami yang di cintainya. Tapi siapa sangka beberapa bulan lalu Umira sempat mendengar mamanya berbicara kalau misal dia menikah lagi.
Jujur dia shock berat mendengarnya. Tapi melihat sang mama yang setiap hari terpuruk, Umira dengan reflek mengiyakan kalau mamanya menikah. Meski berat Umira akan mengizinkan kalau memang ada laki-laki yang sungguh-sungguh akan membuat mamanya bahagia.
Tapi entah kenapa mamanya seolah berubah fikiran. Dan malah memintanya yang menikah, tanpa berfikir jika usia anaknya masih di bawah umur, malah masih mau lulus SMA.
Makanya kemarin Umira sampai marah besar dan berbicara kasar karena tidak terima. Jujur dia menyesal berkata seperti itu pada mamanya.
Umira ingin memberi pengertian pada mamanya kalau hidup mereka akan baik-baik saja tanpa menikah, apalagi jalan hidup Umira masih sangat panjang.
Bahkan kalaupun mamanya tidak menikah lagi, dia juga bisa menghidupi mamanya kedepannya. Umira janji, dia akan sungguh-sungguh dalam belajar.
"Ma," panggil Umira ketika dia menginjakkan kaki di dalam rumah yang nampak sepi itu.
Dengan keadaan masih basah kuyup, karena di siram air tadi, Umira pun makin masuk ke dalam. Sebab aneh keadaan rumah yang bisa se-sepi ini.
"Mama!"
Masih tak ada sahutan. Umira jadi overthinking kalau mamanya ikut marah kepadanya karena kejadian kemarin. Apalagi tadi pagi saat hendak berangkat sekolah, Umira tidak berpamitan.
"Ma!"
Di karenakan mulai cemas, Umira pun bergegas berlari lihat kamar dan kamar mandi mamanya, tapi dia tidak menemukan siapa pun di sana.
Maka dari itu dia langsung menuju dapur.
Dan,
DEG ...
"MAMA!" Betapa terkejutnya Umira melihat wanita paruh baya yang melahirkannya itu tengah berbaring di lantai dengan mulut yang mengeluarkan darah.
"MAMA!"
Umira sudah berlari kencang dan terduduk untuk mengecek mamanya, sedangkan air matanya sendiri sudah mengalir deras keluar.
"MAMA! MAMA BANGUN MA! HIKS." Seolah linglung, Umira malah menangis dan berteriak kencang, dia juga tak tau apa yang harus di lakukan.
Tapi tiba-tiba saja Umira mendengar suara langkah cepat yang mendekat. Padahal mereka hanya tinggal di rumah bersama mamanya sendiri saja.
"Bian!"
Ternyata yang datang adalah pria itu, musuh bebuyutannya yang memang tinggal tidak jauh dari rumahnya, hanya beda gang saja.
"Bian, mama gue hiks." Mengabaikan keanehan sebab Abian yang tiba-tiba datang, Umira hanya berfikir agar pria itu membantunya.
"Hiks, tolong mama gue." Umira tak pernah seperti ini, apalagi menunjukkan tangisnya pada pria itu.
Dan langsung saja setelahnya Abian yang mulanya mematung terkejut di tempat pun langsung menghampiri Umira dan mamanya yang terbaring di lantai. Pria itu bersiap menggendong.
"Kita bawa ke rumah sakit." Hanya itu yang Abian katakan sebelum benar-benar menggendong. Sedangkan Umira langsung mengangguk cepat.
Setelah itu Umira mendahului jalan Abian agar bisa membukakan pintu mobil pria itu.
***
Sore itu Abian memang mengunjungi rumah Umira bukan tanpa alasan. Yakni karena di minta teman-teman sekelasnya yang menemukan ponsel gadis itu di kolong meja untuk mengembalikan _semua orang tau kalau Umira dan Abian berada di komplek yang sama_.
Awalanya Abian menolak mentah-mentah, mengingat beberapa saat sebelumnya mereka berdua saja habis gelut hebat. Belum lagi tingkah Umira bar-bar yang membuatnya malu setengah hidup, jadi Abian merasa tidak sudi membantunya.
Tapi ya karena terus di paksa terus akhirnya Abian tetap berangkat walaupun ogah-ogahan pake banget.
Hanya saja Abian tidak menyangka, saat baru turun dari mobil, dia malah mendengar jeritan gadis itu di dalam. Yang membuatnya tanpa sadar langsung nyelonong masuk begitu saja.
Yang dia pikirkan rivalnya itu tengah kenapa-napa.
Dan benar, Abian terkejut melihat Umira yang udah menangis histeris besertaan tante Ramla _mama Umira_ yang terkapar di lantai dengan darah yang keluar.
Makanya melupakan semua hubungan buruk antar dirinya dan Umira, Abian memilih langsung membantu tante Ramla, dan membawanya ke rumah sakit.
Jadi begitulah ceritanya hingga dirinya terjebak di sini, di lorong rumah sakit di dekat ruang icu. Besertaan dengan Umira yang hanya diam saja seperti orang linglung.
Abian padahal ingat bagaimana gadis itu saat di sekolah tadi, begitu bar-bar membuatnya ingin memaki habis-habisan. Tapi sekarang lihat, Umira benar-benar berbeda 180 derajat.
Entahlah Abian sendiri juga tidak berniat pulang, malah dia menghubungi orang tuanya agak mereka datang ke sini.
Sudah di bilang bukan, maminya dan mama Umira itu teman dekat, dan mereka memang berhubungan baik jadi Abian merasa perlu memberi tahu.
"Jangan liat gue!" desis Umira sambil melirik tajam menggunakan mata yang saat ini masih nampak sembab tersebut.
Masih ada tenaga mencak-mencak rupanya, pikir Abian.
Sedangkan Abian tak menjawab, dan memilih mengangkat alisnya sebelah tapi matanya masih lurus menatap Umira.
Umira mengeram di tempat, di saat perasaannya campur aduk seperti ini, ternyata gadis itu masih sempat untuk mencari ribut. "Gue bilang __"
"Cih." Barulah Abian memalingkan muka menuruti permintaan gadis itu. Dan Umira berhenti.
Tapi tidak lama,
"Ngapain lo?" Umira bertanya cepat dengan wajah terkejut saat Abian malah melepaskan kancing seragamnya satu persatu dari atas hingga bawah.
Tidak menjawab, pria itu memilih langsung melepaskan seragam _menyisakan t-shirt putih polos_ dan menyodorkannya pada Umira.
"Pake!" ucap Abian.
Wajah terkejut Umira tidak bisa tertutupi di sana.
"Pake gue bilang!" Abian sampai mengulang kata-katanya kaena Umira malah diam saja.
"Ogah!" tolak Umira.
"Bisa nggak sih, sekali aja nggak usah debat." Abian jengah, niat baiknya tidak di tanggapi. Padahal kan di sini Abian hanya merasa sedikit, catat _sedikit_ kasian karena baju gadis bar-bar itu basah karenanya. Mungkin sekarang sudah agak kering, tapi tetap itu belum sepenuhnya.
"Pake!" desis Abian memaksa.
Abian tersenyum miring karena gadis itu kekeh menolak, "Ya udah kalo nggak mau, biarin daleman lo gue liat mulu! Itung-itung sedekah ke gue."
Umira nampak terkejut dan melihat ke bawah bajunya sejenak. 'SIALAN!'
Abian yang melihat ingin tertawa sarkas di sana, di kira itu bohong apa. Memang faktanya dalaman atas Umira sedikit nerawang karena seragamnya warna putih. Abian saja tau kalau bra yang tengah di pakai itu warna hitam.
Detik selanjutnya Umira sudah merampas seragam di tangan Abian itu berlanjut bangkit dari sana. Sepertinya Umira akan pergi menuju kamar mandi.
Sedangkan Abian, tatapan pria itu entah kenapa tidak lepas dari Umira sama sekali, meski Umira saat ini sudah jauh di depan sana.
***
Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/356642795-288-k509185.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Second Married [SELESAI]
Novela Juvenil~17+~ADULT~BADBOY~GENGSTER~~ Menikah 2x dengan orang yang sama, bagaimana bisa? Tentu saja bisa, buktinya Umira dan Abiandra melakukan. 1 minggu yang lalu mereka menikah, namun pernikahan itu hanya sebagai bentuk praktek akhir sekolah, dan tentu saj...