16. Menolak Dan Tawuran

2.1K 89 0
                                    


Happy Reading

***

"Kita harus pacaran!" desak Abian.

Membuat Umira sudah meebarkan mata merasa panik. Tapi buru-buru Umira bertindal

"Stop! Ngapain sih deket-deket!" Umira memekik kesal sambil menahan dada Abian yang hendak mepet-mepet ke arahnya.

Apalagi tatapan Abian yang seperti itu jujur sedikit membuat Umira merasa tak nyaman.

"Pokoknya enggak, gila ya lo!" Umira menatap Abian dengan sinis, tapi tangannya juga masih setia menempel di dada Abian.

Satu alis Abian terangkat sebelah, "Kenapa nggak mau?"

"Ya jelas enggak, lo sendiri kenapa aneh tiba-tiba ngajak pacaran?" Siapa yang berekspetasi seorang Abian yang juga menganggapnya rival seumur hidup malah mengajak pacaran lebih dulu.

"Bakal aneh kalo kita nggak ngaku pacaran!" tekan Abian, berharap Umira mengerti dengan penjelasnnya tersebut.

"Ya biarin sih kalo aneh, pokoknya nggak mau, gue nggak mau, titik!" Umira kekeh dengan penolakannya. Dia juga bingung kenapa Abian seperti ini, padahal biasanya pria itu juga sempat menolak mentah-mentah kan, seperti saat di sarankan pacaran oleh Mami, kenapa kali ini si kunyuk berubah fikiran.

Abian memegang tangan Umira, menyingkirkan dari posisi menyentuh dadanya. Tapi Umira yang baru sadar akan kelakuannya pun langsung menyentak tangan Abian hingga terlepas.

"Enggak ada pilihan lain, kita harus pacaran!" tekan Abian, mengabaikan Umira yang tengah memerah, malu mungkin karena keenakan menyentuh dada bidang Abian.

Mata Umira tiba-tiba menyipit. Dia memang malu karena kelakuannya, tapi itu langsung hilang saat mendengar penuturan Abian.

"Lo suka gue ya?" Umira menebak begitu, meski sebenarnya mustahil juga.

"Goblok."

Makian Abian dengan penuh tenaga dalam ternyata cukup membuat Umira makin yakin, kalau tuduhannya tidak benar.

"Ya terus ngapain lo ngotot ngajak pacaran?"

Agak laen memang, padahal status mereka sudah suami istri loh yang notabene lebih dari kata pacar, benar-benar status yang tak di anggap.

Abian menghela nafas panjang dahulu, "Ya ini demi kebaikan kita, kedepannya kita mungkin bakal sering bareng __"

"Ogah gue bareng lo!" potong Umira cepat.

Menjadikan Abian mengeram di sana, "Grr. Gue cubit ya mulut elo, bentar dong gue masih ngomong!" Mana Umira lupa ingatan lagi, padahal kemarin saja dia yang ngotot nebeng, kalo di ingatkan pasti tetap Abian yang akan di salahkan. Umira mana mau kalah.

"Pokoknya gue nggak mau!" tandas Umira penuh keyakinan yang tidak bisa di ganggu gugat.

"Heh dengerin dulu! Kalo kita nggak pacaran, kita bakal makin repot kedepannya! Meski lo bilang ogah bareng, nggak menutup kemungkinan bareng!"

Kali ini ternyata penjelasan Abian cukup membuat Umira terdiam, sepertinya mulai memikirkan.

Abian pun tak menyia-nyiakan kesempatan, dan terus mendesak, "Jadi ayo pacaran?"

Umira masih diam tak menjawab, jujur Umira juga tidak lupa kalau status mereka sudah suami dan istri. Seperti yang di katakan Abian, kalau mereka menolak, orang tuanya yang akan membuat mereka makin terlihat bersama di publik.

Tapi ...

"Nanti kalo di ceng-cengin gimana?" Umira tidak bertanya kepada Abian saja sih, tapi juga pada dirinya sendiri, dia bingung jujur.

Young Second Married [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang