4. Mau Nikah

2.9K 114 1
                                    

Happy Reading

***

"Sayang."

Seorang wanita cantik meski sudah berumur itu terlihat tergopoh-gopoh menghampiri Umira dan Abian yang duduk di kursi ICU.

"Mi." Abian dan Umira juga kompak berdiri dari tempatnya.

Yups, dia adalah Fatma Mami Abian.

Dan ..

Greppp...

Wanita itu langsung menyambar Umira, dan memeluknya erat.

Umira yang sebelumnya sudah tidak menangis dan mencoba menguatkan hatinya sekarang terasa melemah lagi. Hingga akhirnya pertahanan Umira hancur, air matanya kembali menetes.

"Mama kamu pasti baik-baik aja kok sayang." Suara Mami Abian juga terdengar parau terlihat jelas kalau wanita itu juga menahan tangis. Saat datang saja memang matanya sudah sedikit sembab, mungkin di tahan agar Umira tidak ikut-ikutan sedih.

Umira juga tidak mau menangis, makanya setelah pelukan itu terurai dia segera mengusap air matanya kasar. "Iya, Mi."

Umira memang cukup dekat dengan Fatma _mama Abian_. Walaupun status anak-anaknya seperti kucing dan tikus, tapi untuk kedua orang tua masing-masing baik Abian maupun Umira sama-sama hormat dan saling menyayangi.

Bahkan Umira memang terbiasa memanggilnya Mami. Sudah seperti orang tua sendiri lah.

Lalu setelahnya Umira juga Mami Abian duduk kembali di kursi tunggu.

"Gimana keadaan Tante Ramla Abian?" tanyanya.

Di tanyai begitu, Abian menggeleng tahu, "Belum ada dokter yang keluar mi."

Fatma langsung nampak murung tapi tetap mengangguk mengerti.

Lalu semuanya diam saja, seperti fokus pada pikiran masing-masing. Begitupun Umira, dia diam karena juga berusaha menahan tangis dari kesedihannya.

"Mi sebenernya mama aku sakit apa mi?" tanya Umira dengan suara pelan sedikit parau.

Umira menoleh pada ibu Abian itu,

"Mi, pasti mami tau kan. Karena kalau ini hal biasa Mama nggak mungkin sampe kayak gini." Masih pelan, takut jika menambah volume suara tangisnya akan betul-betul pecah.

Fatma sempat memalingkan wajah, tapi setelah lima detik akhirnya kembali menatap Umira dengan tatapan sayang, "Sejujurnya mami nggak pengen mendahului mama kamu, tapi kayaknya ini emang perlu."

Umira berubah cemas, ralat maksudnya makin cemas.

Tapi Fatma berusaha mengurangi kecemasan yang terlihat jelas di wajah Umira itu dengan memegang dan mengelus punggung tangannya.

"Sayang, sebenernya ... Mama kamu sakit kangker otak stadium akhir."

Deg..

Mata Umira membulat, jantungnya serasa berhenti berdetak.

"Ap-apa?"

Sebenarnya yang terkejut bukan Umira saja, melainkan Abian juga yang sedari tadi menyimak dalam diam itu.

"Ma .. Mama." Umira masih mematung di tempat, lidahnya terasa kelu untuk mengeluarkan sepatah kata.

Melihat Umira yang mulai menangis lagi, Fatma jadi ikut menitihkan air mata. "Mama kamu nggak cerita karena nggak mau ngebebanin kamu, sayang."

"Mi..." Tatapan mata kosong Umira tertuju lurus pada mama Abian itu.

Tes ... Tes ...

Air mata Umira berjatuhan, "Mama aku ... Mama ..."

Young Second Married [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang