2. Nikah?

5K 153 0
                                    

Happy Reading

***

"Anjing!"

Di tengah keramaian pagi ini, karena orang-orang yang asyik mengobrol dan memainkan musik sedikit keras, rupanya umpatan itu tetap menjadi pusat perhatian beberapa orang di sekitarnya.

Ada dua orang yang menoleh serempak, sedangkan satu yang memakai kaca mata itu fokus dengan ponsel miring di tangannya.

Meski di tatap demikian, Abian _si pelaku pengumpatan_ malah dengan watadosnya hanya melengos dan mendongak melihat langit-langit kelas 12 IPS 3 itu.

"Kenapa dah?" Salah satu dari tiga orang itu akhirnya membuka suara bertanya dengan dahi berkerut dalam. Dia orang yang seminggu yang lalu menjadi pak penghulu KW.

Tapi ya Abian tak menanggapinya, dan memilih diam saja sambil berdecak lagi.

"Dih, idup lo kayak paling berat aja Bi, padahal ganteng, kaya, pinter lagi, minusnya ngamuk-an doang," lanjutnya.

Abian mendelik dan menoleh cepat, ke arah Alee, yang ngoceh terus barusan.

Padahal niat Alee bercanda. Biasanya Abian di katai kang ngamuk biasa aja tuh. Tapi ini Abian benar-benar ngeri sekali, tatapannya saja itu loh, macam mau gigit Alee sampai ke tulang-tulang.

"Udahlah, jangan ganggu macan birahi, di amuk baru tau rasa lo." Itu Erhan yang berbicara, si kacamata yang masih fokus ke ponselnya, fokus sebab asik bermain POU. Karena cita-cita Erhan itu mengumpulkan banyak tai POU, pokoknya sampe sekitar badan POU penuh tai.

"Hayoloh Le, di gigit loh lo nanti." Si Ian atau bernama panjang Rian Demasive itu tak membantu sama sekali, malah menjadi kompor saja di sana. By the way, namanya memang Demasive, katanya bapaknya dulu mendapat wangsit akan ada penyanyi terkenal dengan nama itu, makanya anaknya di namai agar di masa depan yang terkenal itu anaknya.

"Salah hamba apa sih, orang cuma nanya doang," Alee memanyunkan bibirnya sambil mendramatisir keadaan dan mengelus dadanya beberapa kali.

"Nanti juga cerita sendiri, udah deh jangan ribut," ujar Erhan menengahi.

"Paling juga karena bininya."

Semua orang menoleh pada Ian yang barusan berbicara, tak terkecuali Abian.

Karena salting di tatapi begitu, Ian pun melanjutkan ucapannya. "Dia kan baru nikah sama Umira minggu lalu." Dan dengan watados-nya malah cengengesan.

"Bangsat!" umpat Abian dengan mata setajam silet.

Makanya teman-temannya _minus Erhan yang anteng saja duduk di samping Abian_, mereka langsung bangkit dari kursi dan memundurkan badan.

"Njir.. Kepancing, berarti bener. Mundur-mundur, jaga jarak aman." Tainya si Alee masih mau menggoda Abian, padahal temannya itu tengah dalam mode senggol bacok. Belum aja mereka di hadiahi tempelengan nantinya.

"Hp gue bisa melayang Le!" desis Abian tajam.

Tapi ya Alee yang tidak tau diri itu hanya meringis sambil menyatukan kedua tangan minta ampun, "Santai bos santai, canda doang."

"Hehe, iya-iya canda," timpal Ian, takut juga mereka kalau betulan di timpuk hp kamera boba.

"Nggak capek apa lo adu urat mulu sama Istri ___ Umira maksudnya." Erhan langsung meralat karena mendapat delikan dari Abian.

"Dia yang ngeselin mulu," jawab Abian jujur dengan tampang jengah.

"Padahal udah kenal lama kan ya, harusnya ada perubahan sih."

"Maksud lo?" Ian menoleh pada Alee yang baru saja berbicara itu.

"Kan katanya benci sama cinta beda tipis, haha." Alee menjawab ringan tanpa mau melirik Abian, takut duluan bercanda begitu kalau melihat matanya.

Young Second Married [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang