21. Ketahuan

2.1K 95 0
                                    


"BANGUN WOY!"

"E buset!" Mata Abian terbuka lebar seiring tangannya yang langsung memegang satu telinganya.

Dalam jarak itu dia bisa melihat wajah Umira yang menyeringai puas, baru setelahnya Umira mundur dan turun dari ranjang.

"Gilak lo mau gue budek!" Masalahnya ini Umira berteriak kencang sekali di samping telinganya, bahkan sekarang telinganya terasa berdengung saking kerasnya gadis itu memekik.

Umira memasang wajah tanpa dosa, dan melipat kedua tangan di depan dada. "Lebai lebai, udah sana bangun, kita harus sekolah."

Abian berdecak, "Ck."

Tapi setelahnya mengangkat selimut yang awalnya dari leher itu hingga menutupi seluruh wajah.

Umira menghentakkan kakinya di lantai kesal, Abian sepertinya akan kembali tidur, padahal satu jam lagi mereka harus sudah tiba di sekolah. "Gue nanti yang di salahin mami, lo tinggal di sini tanggung jawab gue! Bangun woy."

Rasanya Umira ingin menendang pria itu keras-keras.

"Ishh!"

Kesal karena tidak di gubris, Umira pun menarik selimut Abian kasar hingga selimunya sepenuhnya menyingkir dari tubuh Abian.

"AAA ..." Umira memekik keras-keras. Dia shock, shock sekali sampai menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Abian, sesuatu diantara pangkal paha Abian terlihat ada tonjolan. Dan bisa di bilang lumayan tinggi walaupun di tutupi boxer pendek. Belum lagi pria itu yang shirtless tidak memakai atasan sama sekali, hingga perut kotak-kotaknya terlihat jelas di mata Umira.

"Kenapa sih." Abian sendiri dengan santai berbicara begitu, tapi tanpa membuka matanya sama sekali, setia terpejam.

Umira masih menutup wajahnya dengan telapak tangan, benar-benar tidak berani untuk sekedar mengintip. "Itu -- 'Itu' lo, akh punya lo naik!"

Hng ...

Abian yang mendengar sontak membuka mata lebar dan buru-buru bangkit sambil menarik selimut yang menyingkir. Dia lupa masalah kelaki-lakiannya itu.

Sudah dalam posisi terduduk dan menutupi bagian bawahnya dengan selimut, Abian baru menatap kesal Umira, "Lagian lo asal tarik-tarik selimut aja."

Umira merenggangkan jari-jari tangan yang menutup mata, melihat sikon, dan tau sudah aman langsung menurunkan tangan sepenuhnya. Ya walaupun saat ini dia masih bisa melihat Abian yang shirtless dan menunjukkan tubuh bagus bagian atasnya sih.

"Mata gue, mata gue terkontaminasi!" ia meraung-raung tidak terima, gara-gara Abian dia jadi melihat hal yang seumur hidup baru pertama kali dia lihat. Ternyata bisa menonjol setinggi itu, arghh.

"Heh bege, ini juga bakal jadi masa depan lo!" Mereka sudah menikah dan sudah jelas aset nya itu penting untuk kelangsungan hubungan suami istri. Bisa-bisanya di katai terkontaminasi apalah itu.

Umira menggelengkan kepalanya, jijik membayangkan yang tidak-tidak, belum lagi tonjolan tadi masih terasa di pelupuk matanya.

"Kok --kok bisa gitu sih!"

"Ya bisa lah, cowok pagi-pagi ya gini." Nanti juga turun sendiri, memang sering juga kan naik di pagi hari, itu berarti tandanya normal.

Emang iya ya? Umira memasang tatapan seolah mengatakan hal itu.

"Itu gara-gara lo mimpi jorok pasti!" tuduh Umira dengan wajah tersungut.

"Ish, cewek emang nggak ngerti. Udah sana pergi lo, apa mau liat lagi?" Aban mengancam sambil bersiap seperti akan membuka selimut.

Young Second Married [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang