4. First Day Incognito

145 21 13
                                    



Sekembalinya ke Seoul setelah perjalanan tiga hari di Jepang, nampaknya pemilik perusahaan JJ Coorp membuat para karyawannya heboh sepagi ini. Bagaimana tidak, beliau datang bersama anak bungsu yang selama ini tidak pernah terlihat.

Mereka hanya tahu jika pemilik perusahaan memiliki dua anak laki-laki. Akan tetapi tidak satupun yang tahu wajah dari anak bungsu atasan mereka tersebut. Karena Ahn Sejin maupun Ahn Seokjin tidak memajang satupun foto keluarga di ruang kerja mereka.

Desas-desusnya, adik dari Ahn Seokjin itu tinggal di Jepang selama bertahun-tahun. Sekarang dia kembali ke Korea Selatan untuk mengambil posisi sebagai manager properti di perusahaan ini.

Jungkook yang mengikuti langkah sang Ayah, begitu canggung ketika harus menyapa beberapa karyawan yang ia lewati. Tentu saja ia sadar menjadi pusat perhatian satu kantor pagi ini.

Senyuman kaku adalah senjata andalah Jungkook untuk sekarang, di saat semua mata tertuju padanya. Belum pernah ia secanggung ini selama hidupnya.

"Apa Presdir tidak mengadakan meeting untuk memperkenalkan anak bungsunya yang tampan itu?" Celetuk Sung Bora yang penasaran dengan anak Presdir mereka yang baru saja menggemparkan kantor atas kedatangannya.

"Meeting perkenalan hanya diadakan untuk petinggi-petinggi perusahaan. Bukan bersama karyawan biasa seperti kita," celetuk Heo Shinjae, pria jangkung dengan rambut ikal.

Myeong Nari, wanita dengan tampilan paling modis di antara mereka berdecak kagum. "Bahkan aku bisa melihat otot-ototnya yang tercetak dibalik setelan kemeja itu." Nari tak berkedip sedikitpun saat Jungkook melewati lobi perusahaan.

"Cutting rambut itu membuatnya semakin menawan," ujar Jang Yejin si pengamat gaya rambut.

"Tampan, seksi dan kaya. Rasanya aku ingin undur diri sebagai sesama pria. Tuhan sedikit berlebihan dalam proses pemahatan anak-anak Presdir Ahn." Heo Shinjae berceletuk iri terhadap fisik yang dimiliki oleh anak atasannya tersebut.

"Dan Tuhan juga memberi Presdir Ahn aset dunia terlalu berlebihan. Kekayaan bahkan dua anak laki-laki yang tampan," ujar Sung Bora.

Kumpulan dari tiga karyawan wanita dan satu karyawan pria itu secara menggebu-gebu membicarakan bintang utama di kantor mereka pagi ini.

"Tapi ... wajahnya tidak asing. Aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi aku lupa di mana persisnya," ujar Nari tampak sedang berpikir keras.

"Memangnya kau pernah ke Jepang?" Tanya Yejin.

"Benar. Apa kau pernah ke Jepang, Myeong Nari? Anak bungsu Presdir Ahn 'kan menetap di sana." Dengan tampang nyinyir, Shinjae seolah sedang mengejek Nari.

Nari menjitak dahi temannya itu. "Heo Shinjae, mulutmu terlalu meremehkanku. Aku pernah berlibur dua kali ke Jepang," balas Nari sedikit kesal.

"Ahh ... Kalau begitu mungkin kau pernah berpapasan dengannya di persimpangan Shibuya," jawab Shinjae enteng seraya berpangku tangan.

"Sial. Aku tidak tahu harus tertawa atau bagaimana. Kau pikir ada berapa biji manusia yang melewati persimpangan Shibuya setiap harinya, Shinjae?" Tanya Bora tertawa.

"Siapa tahu pertemuan singkat Myeong Nari dan Anak bungsu Presdir seperti takdir. Ala-ala drama. Tidak ada yang tahu 'kan."

Shinjae mendorong Sung Bora untuk sedikit mundur. Secara alami mereka menirukan adegan drama yang dimaksud dengan apik dan sedikit nuansa centil.

"Saat mereka berpapasan, lalu saling menatap singkat ketika melewati satu sama lain, dan muncul backsound You are my destiny ... You are my destiny ...."

Between Heaven and Hell Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang