"Myeong Nari, silakan panggil atasanmu. Aku mulai bosan menunggu," ujar Shinjae mulai menyuarakan protesnya.
Semua orang sudah berada di ruang meeting setelah jam makan siang, namun Jungkook tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Kenapa harus aku?" Tanya Nari dengan ekspresi jengkel.
"Bukan kah kau asistennya?" Shinjae balik bertanya dengan raut tak kalah jengkel. "Berarti itu tugasmu."
"Ah sial ... Sekarang aku mulai menyesal mengemban jabatan ini," keluh Nari merotasikan kedua bola matanya.
"Siapa yang tadi pagi begitu bersemangat ingin menggaet Manager baru kita setelah diangkat menjadi asistennya?" Bora menepuk-nepuk pundak Nari. "Ayo bersemangat Myeong Nari, siapa tahu keinginanmu menjadi kenyataan."
"Persetan dengan gaet-menggaet Sung Bora. Bahkan menatapku saja dia tidak berminat," ujar Nari mulai jengah. Ia tahu teman-temannya sekarang sedang mengolok-oloknya. "Lagipula aku sudah bilang 'kan. Ternyata tidak semua orang tampan itu menyenangkan. Dan Manager Ahn salah satu dari yang tidak menyenangkan itu."
"Sudah. Cepat panggil Manager Ahn, sebelum yang lain protes padamu," saran Yejin yang akhirnya membuat Nari beranjak dari tempat duduknya dengan berat hati.
Nari membawa langkahnya dengan gontai menuju ruangan manager baru tersebut. Ia sudah kehilangan minat untuk berinteraksi dengan Ahn Jungkook. Sesampainya di depan ruangan itu, ia mengetuk pintu dan memberitahu kedatangannya, kemudian membuka pintu dengan perlahan.
"Manager, semua orang sudah menunggu Anda di ruang meeting," ujar Nari tepat setelah masuk ke ruangan tersebut.
Ketika pandangannya tertuju pada meja kerja Ahn Jungkook, ia tidak menemukan pria itu di sana. "Ke mana dia?" gumam Nari kebingungan.
Ia mengedarkan pandangannya dan melihat pintu lain yang tertutup di sudut ruangan. Nari yakin, Ahn Jungkook berada di sana. Ia tidak yakin apakah harus mengetuk pintu itu. Akan tetapi jika tidak melakukannya, semua orang sudah jenuh menunggu pria itu di ruang meeting.
Mau tidak mau, Nari berjalan ke arah pintu tersebut dengan perasaan enggan. Namun setengah perjalanan, langkahnya terhenti ketika ganggang pintu itu bergerak. Ahn Jungkook keluar dari sana dengan keadaan yang membuat Nari harus menahan napasnya. Kedua matanya membulat sempurna.
Jas, rompi dan dasi pria itu sudah tidak melekat di tubuhnya. Tiga kancing teratas kemejanya sudah kehilangan fungsi karena sudah tidak terpasang sebagai mana mestinya. Rambut yang sedikit acak-acakan serta lengan kemeja yang digulung, membuat Nari terperangah dengan pesona pria itu.
Ahn Jungkook sukses membuat Nari harus berusaha keras menelan ludahnya berkali-kali dan kehilangan semua kosa katanya.
"Ada apa, Nona Myeong?" tanya Jungkook yang mendapati gadis yang menjadi asistennya itu. Jungkook berjalan ke arah mejanya tanpa peduli wajah Myeong Nari yang sudah memerah seperti kepiting rebus.
"Aaa.. ee... semua orang sudah menunggu Anda di ruang meeting, Manager," jawab Nari tergagap.
"Ah ... aku melupakan meeting ini," ucap Jungkook santai tanpa rasa bersalah sedikitpun. "Baiklah aku akan ke sana setelah membenahi diri."
"Baik, Manager."
Tanpa permisi Nari buru-buru keluar dari ruangan itu. Wajahnya terasa panas seketika. Ia yakin wajahnya tampak bodoh di depan Ahn Jungkook.
"Sial! Penampilan apa barusan? Kenapa Ahn Jungkook begitu berbahaya?" gumam Nari menepuk pelan kedua pipinya-berusaha menyadarkan diri dari pikiran-pikirannya yang sudah melayang melampaui nalar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Heaven and Hell
FanfictionEbook Project "Selama ini kupikir kau adalah obat dari segala rasa sakitku, tapi ternyata kau adalah sumber dari rasa sakit itu sendiri." _________________________________________ Hidup Yeorin yang sederhana berubah drastis setelah diselamatkan ole...