"Kau sudah siap?" tanya Jungkook ketika Yeorin keluar dari kamar. Ia sudah duduk di sofa ruang tamu untuk menunggu wanita itu sekitar sepuluh menit.
Yeorin bergumam seraya mengangguk. Tak lupa sebuah senyuman ia berikan pada Jungkook. Namun mata bulatnya tak terlihat seperti biasa. Matanya sedikit sayu. Bibirnya yang biasanya merona tanpa polesan lipstick pun, sekarang tampak kehilangan ronanya.
Hal ini membuat Jungkook sedikit merasa aneh. Namun ia memilih untuk mengabaikannya. "Kalau begitu ayo kita berangkat."
"Ayo."
Mereka berjalan beriringan menuju lift. Melalui sudut matanya, Jungkook memerhatikan gerak-gerik Yeorin. Ia menyadari jika Yeorin juga berjalan begitu lambat. Jungkook masih tidak bertanya, akan tetapi ia tetap memantau.
Saat lift hampir tertutup, seorang pria berumur empat puluhan menahan pintu itu karena dia hendak masuk. Jungkook maupun Yeorin tidak memerhatikan siapa yang masuk, karena sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Shin Yeorin?!" Seru pria yang baru masuk barusan.
Sontak Yeorin mendongak, begitupun Jungkook yang melihat siapa pria yang menyapa Yeorin dengan seruan
"Apa ini benar-benar kau? Jalang yang biasanya bergaya elit?" Koo Heejun bertanya dengan nada mengejek karena tidak percaya melihat penampilan Yeorin yang sekarang.
Yeorin hanya memakai pakaian biasa. Celana training berwarna putih dan jaket bomber milik Jungkook yang kebesaran di tubuhnya. Paras cantiknya yang biasa dipoles dengan make-up, sekarang hanya dibubuhi pelembab yang ia minta belikan pada Jungkook tempo hari.
Jungkook yang mendengar panggilan tidak pantas disematkan oleh pria itu untuk Yeorin segera pasang badan, dengan menggeser tubuhnya untuk menutupi Yeorin. "Jaga ucapan Anda," ucapnya dengan nada yang sangat tajam dan dingin.
"Hey, memangnya kau siapa? Kenapa ikut campur dan bersikap sebagai tameng wanita ini?"
"Siapapun aku, apakah itu penting?"
"Tentu saja! Aku hanya berurusan dengan jalang itu. Bukan denganmu!"
"Ada atau tidaknya hubunganku dengannya, ucapan Anda tidak pantas untuk di dengar."
Koo Heejun tertawa kecil mendengar ucapan pria yang terlibat bersikukuh membela Shin Yeorin ini. "Apa kau sudah terjerat pesona Jalang ini, makanya kau membelanya?"
Tangan kanan Jungkook sudah gatal dan bahkan mengepal untuk melayangkan pukulan pada Koo Heejun. Ia tak lagi menjawab ucapan pria itu—mengantisipasi agar emosinya tidak memuncak dan menyebabkan kehebohan di sini.
Yeorin yang berada di balik tubuhnya kemudian meraih tangan Jungkook dengan tangan dinginnya. "Liftnya sudah terbuka. Ayo kita pergi," ujar Yeorin pelan dengan menatap Jungkook.
Sementara Koo Heejun kembali tertawa, "Wah Shin Yeorin ada apa ini? Kau seperti orang yang berbeda. Aku kau sudah berhenti menjadi Jalang di Venom?"
"Tutup mulutmu!" Seru Jungkook berbalik menghadap pada Koo Heejun dengan penekan disetiap katanya seraya menunjuk tepat di depan wajah pria itu.
"Tuan Ahn, ayo," ajak Yeorin lagi tidak ingin berlama-lama di sini.
Rasa pusing dengan perut yang terasa aneh kembali mengganggunya, bahkan ini jauh lebih menganggu dari mulut sialan Koo Heejun yang terlihat puas sekali merendahkannya.
Yeorin menarik pelan tangan Jungkook agar segera keluar dari dalam lift karena mereka sudah sampai di basemen parkiran. Yang ia inginkan sekarang hanyalah segera duduk di dalam mobil. Bukan ingin menghindari Koo Heejun, tapi Yeorin sudah tidak kuat. Kedua lututnya terasa lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Heaven and Hell
FanficEbook Project "Selama ini kupikir kau adalah obat dari segala rasa sakitku, tapi ternyata kau adalah sumber dari rasa sakit itu sendiri." _________________________________________ Hidup Yeorin yang sederhana berubah drastis setelah diselamatkan ole...