Seperti sadar diri karena sudah merepotkan First, Khaotung yang memang terbiasa bangun pagi langsung pergi ke dapur, minimal ia akan membuatkannya sarapan sebagai ucapan terimakasih.
Hanya telur ceplok dan nasi goreng, masakan yang memang cuma itu dia bisa."Apaan ni, lucu banget." Amp meninggalkan bandananya yang biasa digunakan saat akan cuci muka di meja makan, Khaotung yang memang memiliki rambut panjang menutupi dahi langsung mengambil dan menggunakannya.
"Kamu tuh kalo bangun tidur tempatnya diberesin lagi dong." First juga rupanya sudah bangun, setelah melihat ruang keluarganya berantakan oleh bantal dan selimut, ia langsung pergi ke dapur dan menemukan sang sahabat tengah sibuk memasak.
"Ntar diberesin abis ini beres," kata Khaotung tanpa menoleh pada First, ia terlalu sibuk.
First hanya mengangguk dan menyimpan boneka babi Amp ke atas meja, semalam dipinjam Khaotung karena dia tipikal tak bisa tidur tanpa memeluk sesuatu, seperti Amp.
First lalu pamit untuk pergi mandi terlebih dahulu, ia sebenarnya sudah cukup jauh dari dapur tapi justru kembali lagi karena baru sadar Khaotung memakai sesuatu dikepalanya."Punya Amp ya?"
"Iya, bagus nih biar ga ribet sama rambut." Khaotung kali ini membalik badannya pada First, ingin menunjukkan penampilannya dengan bandana penghalang rambut itu, terlihat menggemaskan.
"Oh iya, kalo saya lama panggil aja ya."
First pasti gila, tiba-tiba komentar bahwa Khaotung terlihat menggemaskan baru saja terlintas dikepalanya setelah melihat Bandana yang biasa digunakan Amp, padahal Amp tiap hari menggunakannya tapi First melihat itu seperti sesuatu yang biasa saja.
Mungkin karena Khaotung laki-laki? Dan kepercayaan dirinya membuat dia terlihat menarik? Menarik untuk pria seperti dirinya?----
"Saya anterin kamu dulu baru ke kantor."
"Ga perlu, udah nyuruh Book jemput kok."
First mendecih, lagi-lagi sekumpulan homo itu yang diandalkan Khaotung.
"Oh iya, Amp nyuruh saya ajak kamu ke acara ulangtahun ibunya, mau ikut? Besok malam acaranya."
Khaotung tentu harus ikut, ia sudah janji pada Amp tahun lalu bahwa tahun ini ia akan pergi ke acara ulangtahun ibunya, tahun lalu ia masih disibukkan oleh suatu pekerjaan.
Khaotung lalu disuruh First untuk siap-siap sepagi mungkin, karena First ingin datang sebelum acara di mulai dan perjalanan menuju kota kelahiran sang mertua memakan waktu sekitar 3 jam."Oke, nginep?" Tanya Khaotung lalu diangguki First.
"Ih gua ga enak kalo nginep, gua pulang aja kali ya?"
"Sehari doang Khao, besoknya kita pulang barenglah," bujuk First, kasian Khaotung kalau langsung pulang.
"Lagian kenapa sih? Kaya ga mau dipisahin banget sama temen-temen homo kamu itu," sambung First, mendadak kesal lagi setelah teringat circle baru Khaotung.
"Emang kenapa sih lu, mereka baik bener loh. Nih ya, keknya mereka bakal ngasih dah kalo gua minta warisan keluarga." Khaotung bahkan menyebutkan jika Marck berencana membeli apartment disekitar rumah Khaotung biar Khaotung butuh sesuatu tidak perlu ke temannya yang lain.
"Lebih deket dari saya?" Tanya First, rumahnya dan rumah Khaotung hanya berbeda kompleks, tidak sampai 20 menit pun First sudah sampai dirumah Khaotung.
"Enggaklah, ga ada gedung apartment disekitar sini. Ya mungkin minimal jadi yang paling deket dari semua temennya."
"Tetep deketan saya ke rumah kamu lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
-DUDA- (FIRSTKHAO) COMPLETED
FanfictionFirst yang jatuh cinta pada Khaotung setelah menggugat cerai istrinya.