22.

995 64 4
                                    

Happy Reading!!
.
.
.
.

Tin menjadi pertahanan mereka semua untuk membereskan masalah ini dengan kepala dingin.
Bayi tanpa dosa itu menatap para orang dewasa disekitarnya dengan tatapan polos, tapi sebenarnya saat ini dia sedang ingin di gendong oleh First. Wajar, setiap First kembali dari bekerja, hal pertama yang ia lakukan adalah menghabiskan waktunya dengan Tin.
Ken masih menyimpan rasa bersalah pada First, ia sempat berpikir bahwa mungkin memang ini adalah karma atas apa yang dia lakukan dimasa lalu karena tetap berhubungan dengan Amp walaupun tau wanita ini memiliki suami.
Tapi melihat Amp berbahagia sedangkan dia menderita karena sudah jelas, dulu Amp mengatakan bahwa dia sedang hamil padanya, Ken yakin jika Amp mengandung anaknya tapi Amp terus mengatakan bahwa itu anaknya First.

"Jika kau tak mau menjelaskan maksud kedatanganku, aku bisa melakukannya sendiri."

Ken memecah keheningan, First tidak tahu harus dengan apa merespon kesayangan Ken yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Amp terlihat menolak saat Ken ingin menjelaskan maksud kedatangannya. Keduanya berdebat didepan First yang saat ini bersitatap dengan Tin, bocah itu tersenyum padanya lalu menatap ibu dan orang asing tersebut dengan wajah bingung.

"Aku ingin tes DNA ulang," ujar Ken yang berhasil menarik perhatian First.

"Tutup mulutmu, dia anakku dan First. Kenapa kau datang mengganggu keluargaku?" Amp buru-buru memangku Tin dari roda bayinya dan berdiri menghindari Ken maupun First sendiri.

"Apa kau mengatakan kita tidak pernah melakukan hubungan sex padanya?"

Amp lalu menoleh pada First untuk meminta bantuan, ia bahkan berani bersumpah atas nama Tuhan bila anak yang sedang di gendongnya saat ini adalah anak First.

"Berani-"

"Ayo lakukan," Potong First.

First lalu memangku Tin dan membawanya kembali ke hadapan Ken tidak perduli jika Amp terus menariknya.

"Ayo lakukan tes DNA pada anakku," sambung First.

"Kau mengizinkannya?" Tanya Ken, tidak percaya karena First terlihat tidak semenggebu setahun lalu.

"Tapi, aku ingin cerita lengkap tentang perselingkuhan kalian," jawab First.

"First!" Teriak Amp membuat Tin menangis karena terkejut mendengar ibunya tiba-tiba berteriak.
.
.
.
.

Podd dan Khaotung berada di mobil saat ini, di pinggir jalan jauh dari keramaian. Saat ini, Podd menginginkan cerita yang Khaotung punya untuk dibandingkan dengan cerita yang disampaikan oleh Amp.
Khaotung menghela napas, ia sebenarnya sudah sangat ingin menjelaskannya kemarin, tapi Podd terlalu dikuasai oleh amarah dan menolak untuk mendengarkannya.

"Itu tidak penting saat ini," jawab Khaotung. " Kemarahanmu bukan karena isi cerita itu, melainkan karena kau percaya aku tidak pernah mencintaimu."

"Maafkan aku, aku tidak menepati janjiku untuk tidak memukulmu lagi."

Khaotung diam sebentar. Untuk sesaat, ia jatuh pada tatapan penuh rasa bersalah itu.

"Kita tidak bisa bersama, Podd." Khaotung mengatakannya dengan mata berkaca-kaca.

"Aku menerimanya, kau memukulku karena aku salah. Benar, aku belum mencoba untuk mencintaimu," sambung Khaotung.

"Apa aku tidak bisa mendapatkan kesempatan lainnya?" Tanya Podd, kali ini ia bawa tangan Khaotung untuk ia genggam dan kecup berulang kali. Berharap Khaotung luluh dan mau memberinya kesempatan ketiga.

Khaotung  menyadari bahwa ia melakukan kesalahan besar  saat memutuskan untuk berhubungan dengan Podd.
Menggantikan First dan ingin melihat First menggunakan Podd.
Khaotung juga tidak mau menyakiti Podd karena dirinya pun menyadari bahwa ia tak akan pernah selesai dengan masa lalu.

-DUDA- (FIRSTKHAO) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang