02.

2K 132 4
                                    

-Sayangkuuu, maaf ya aku berangkat ga bangunin kamu kasian soalnya kamu kecapean ya? Aku berangkat duluan ya ke rumah ibu mau bantu beresin rumah buat acaranya, love you! Aku berangkat naik Gocar kok!-

First lalu menyimpan kembali kertas berisi tulisan Amp itu ke atas meja makan, sudah tersedia sarapan untuknya disana, jadi ya First kesal pun percuma karena  Amp menyempatkan diri untuk membuat sarapan.
Acara ulangtahun ibunya Amp sebenarnya masih 3 hari lagi, Amp mungkin dibutuhkan kehadirannya sebelum acara dimulai jadi First harus rela mengizinkannya.

"Mandi dulu kali ya biar seger?" Gumamnya, lalu pergi kembali ke kamar untuk membawa handuk.

Saat sang pemilik rumah mandi seorang tamu tak diundang muncul seperti biasa, dengan setelan baju olahraganya ia berjalan ke dapur untuk meminta air.
Diambilnya kertas yang sempat dibaca First,  pantas ia memanggil Amp tapi tak muncul juga rupanya dia pergi ke rumah orangtuanya.

"Wih sosis," ucapnya terlihat senang lalu membawa 1 sosis dari 4 potongan itu ke dalam mulutnya.

"First!"

"Apa?"

Khaotung terkejut saat melihat First keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk, benar-benar berdiri disamping Kulkas makanya Khaotung sangat terkejut, bukan karena tubuh sixpack sempurna itu tentunya, dia juga punya.
Khaotung lalu meminta izin membawa botol air milik First dalam kulkas, ia terlalu malas mengisi botol airnya jadi lebih memilih meninggalkan botol air miliknya dirumah First.

"Mau ikut ke WC juga, kebelet."

"Disiram ya nanti."

"Iyalah bangsat!"

First  hanya tertawa lalu pergi ke kamarnya lagi, ia harus bersiap-siap pergi ke kantor sekarang.
Sebenarnya First sedikit kesulitan mencari seragam jas untuk bekerja seorang diri, ia terbiasa dibantu oleh Amp yang akan menyediakan segala hal untuknya, jadi mungkin kali ini ia hanya akan menggunakan instingnya saja.

"Terus dasinya yang mana ini? Masa abu-abu semua," gumam First, ia menatap koleksi dasinya cukup lama kemudian memutuskan menggunakan dasi warna senada karena terlalu pusing.

---

"Makan aja semuanya, bagus."

Khaotung  hanya tertawa saat ketahuan memakan satu lagi sosis sarapan First, ia kelaparan setelah berlari cukup lama di sekitar kompleks perumahan.
Untung saja First tak begitu lapar hari ini jadi ia menyuruh Khaotung bmemakan semuanya saja, dengan syarat harus membersihkan piring bekasnya juga.

"Dasinya miring," komentar Khaotung masih dengan mengunyah sosis lalu menunjuk dasi First dengan garpu ditangannya.

"Gini?" Tanyan First, ia tidak yakin tapi sepertinya malah semakin buruk.

Khaotung lalu berjalan mendekati First untuk membantu sang sahabat membenarkan dasinya, Khaotung tidak terampil dalam hal perdasian tapi sepertinya ia percaya diri sekali melepaskan ikatan dasi buatan First dan mengulangnya kembali.
Cukup lama First dan Khaotung berdiri sedekat ini, Khaotung bahkan terlihat makin serius dengan pekerjaannya.

"Buru-buru ga?" Tanya Khaotung mengangkat kepalanya sekilas untuk menatap First.

"Enggak, Kenapa?"

"Keknya salah deh gua, kok jadi gini?" Tanya Khaotung, ia membuat dasi First malah menjadi semakin berantakan, sanking fokusnya Khaotung tak sadar tubuhnya semakin mendekat pada First.

"Bisa ga sih?" Khaotung yang tidak nyaman langsung menampar tangan Khaotung, ia pikir dasi buatannya lebih baik dari Khaotung.

"Kemarin bisa loh gua pas masangin dasinya Mark."

-DUDA- (FIRSTKHAO) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang