16.

828 63 10
                                    

Happy reading!

Entah apa tujuan utama First meminta Khaotung untuk meninggalkan Podd. First benar-benar berpikir dunia berputar hanya untuk dia sendiri.
Bahkan Khaotung tak mencoba melakukan apapun seperti balas dendam ataupun menggodanya.
Namun, First justru merasa terganggu akan keberadaannya. Khaotung cukup terkejut karena First secepat itu mengutarakan ketidaknyamanannya, tanpa hati sekali lagi memintanya untuk pergi secara tidak langsung.
Untungnya, Khaotung juga merasa muak harus terus bertatap muka dengan First maupun Amp, tapi langit pun tak mau membuat keduanya terpisah lebih lama.
Hujan deras turun hingga Podd memutuskan untuk menginap dirumah Amp bersama Khaotung.

"Ada beberapa kamar kosong disini, kalian bisa menempatinya." First menatap Podd dan Khaotung dengan senyuman, makan malam telah usai dan Amp pergi mencuci piring di dapur.
Podd ingin membantu tapi Amp menolak karena dia datang sebagai tamu.

"Kita hanya perlu satu kamar saja." Podd  merangkul bahu Khao, keduanya tak masalah jika tidur satu kamar.
First hanya mengangguk menanggapinya, ia lupa jika Podd dan Khaotung sudah berstatus pasangan.

"Kenapa? Kau merasa aneh, bukan?"

First menganggukkan kepalanya, rasanya mengejutkan sekali saat Podd datang memperkenalkan Khaotung sebagai kekasih. "Aku tidak berpikir kita akan bertemu seperti ini."

"Aku tau kalian sejak masih kecil, terkadang aku juga merasa aneh saat bermesraan dengan Khaotung." Podd mengusak kepala Khaotung gemas, benar-benar tidak percaya bocah nakal ini kini berstatus kekasihnya.

"Hia," rengek Khaotung tanpa sadar lalu berusaha menjauhkan tangan  Podd dari kepalanya.

Hia itu panggilan Khaotung diranjang, jika Khaotung memanggilnya seperti itu ditengah obrolan bersama First seperti ini, rasanya seperti Khaotung baru saja mengucapkan kata kata seksual. Jadi ia buru-buru mengingatkan Khaotung untuk tidak memanggilnya seperti itu, namun Khaotung yang tidak peka menjadi bingung sendiri.

"Kita ke kamar sekarang bagaimana?"

Khaotung yang masih bingung hanya mengangguk saat Podd menarik tangannya, keduanya pamitan pada First dan juga Amp yang berada didapur untuk pergi ke kamar.
Sepanjang jalan Khaotung terlihat bingung terus bertanya kenapa Podd menyuruhnya tidur jam segini.
First kembali menghela napas, bahkan kali ini memijat kepalanya dengan mata tertutup.
Sial, ia benar-benar tidak merasa baik-baik saja melihat mereka berkeliaran seperti ini.

Amp duduk disamping First setelah menyelesaikan tugas cuci piringnya, lalu membantu sang suami mengurut kepalanya.
Ia  menatap Amp dengan tersenyum kecil dan mengucapkan kalimat terimakasih.

"First," panggil Amp.

"Aku mau mengandung untukmu sekali lagi," sambung Amp sembari tersenyum.

First menunggu jawaban Amp hampir 3 bulan lamanya, tapi ia justru ragu sekarang. Haruskah ia benar-benar kembali memiliki anak dengan Amp?
First pun hanya mengangguk dan kembali berterimakasih karena Amp mau melakukannya.

"Ayo hidup lebih bahagia bersama anak-anak kita." Amp menarik First ke dalam pelukannya. Jujur saja, Amp benar-benar tidak mau lagi mengandung tak perduli seberapa sering pun First membujuk. Jawabannya akan sama, ia tak akan lagi melahirkan. Tapi, jika dengan ini cinta First masih bisa ia dapatkan, maka Amp akan melakukannya. Amp akan menggunakan cara yang sama lagi untuk merebut hati First dari Khaotung.

---

Hujan semakin deras saat menuju tengah malam, Podd bersyukur ia membuat keputusan tepat untuk menginap disini. Jika tidak, mereka mungkin harus berhenti ditengah jalan dan berteduh semalaman, tidak baik berkendara disaat hujan deras walaupun mereka pakai mobil sekalipun, Khaotung yang mengatakannya  jadi Podd ya menurut saja.
Podd masih belum bisa tidur setelah kegiatan malam panas yang mendadak bersama Khaotung beberapa jam yang lalu, jadi ia menghabiskan waktu luangnya untuk memeriksa pekerjaaan di Amerika sana.

-DUDA- (FIRSTKHAO) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang