09.

1.2K 97 8
                                    

Happy reading!!

Di malam yang begitu dingin ini, dua anak Adam yang hanya terikat oleh pertemanan itu berakhir saling membelit lidah dengan status yang tidak jelas.
Haus akan sentuhan, emosi yang bercampur aduk antara kesedihan, kemarahan, juga rasa bersalah, bahkan perasaan bingung itu menjadi sebuah perasaan dimana bercumbu adalah jalannya.
Kita tidak bisa menyalahkan Khaotung yang menggoda dengan kecupan ringannya, tak lebih dari dua kali itupun dilakukan tanpa kesadaran.
Namun disini, First adalah yang waras menjadi paling bernafsu menghirup bau Khaotung seolah besok tak mungkin bisa ia lakukan lagi, memang itulah kemungkinan besarnya.

Ciuman itu selalu diawali oleh First, ciuman yang selalu diakhiri oleh lenguhan Khaotung disebabkan tangan sang sahabat bergerilya ditubuhnya.
Kaos putih pendeknya sudah terlepas sejak didapur, dan kini beberapa tanda buatan First mulai terlihat di tubuh Khaotung.
Persetan dengan statusnya sebagai pria straight, First akan menyalahkan Khaotung yang menggodanya.

"Firsthh."

Bagaimana bisa suara yang biasa dia dengar bahkan terkadang muak, kini terdengar sangat candu.
First ingin lebih, rintihan Khaotung tatkala lagi-lagi ia leher putih itu ia beri tanda, satu gigitan dan hisapan kuatnya mampu membuat Khaotung menggila.
First merasakan cengkraman kuat dua tangan Khaotung dirambutnya, ia pun frustasi dengan apa yang dilakukan First sekarang.
Suhu tubuhnya mendadak memanas, ditengah rasa dingin seperti ini ia haus untuk dihangatkan oleh pria ini.

"Khaotung, kamu gay?"

Itu adalah pertanyaan yang seharusnya First pertanyaan juga pada dirinya. Keduanya sama sama menyatakan diri sebagai pria straight, lalu apa ini?
Bertelanjang bulat di sebuah kamar dengan nafsu yang menggebu-gebu.
Persetan dengan statusnya, ia pun tak mengerti mengapa ia merasa memiliki hasrat pada Khaotung, mendadak tanpa suatu alasan pria yang selalu membuatnya kesal itu penuh oleh pesona.
Rambut lepek karena keringat, mata sayu karena nafsu juga Alkohol, tubuh lemah yang berbau parfum, First gila akan Khaotung untuk saat ini.

Tapi First cukup waras untuk tidak menggunakan Khaotung lebih jauh, ia perlu kesadaran keduanya jika memang perlu dilakukan.
First hanya ingin sesuatunya yang menegang dibawah sana diberikan kenikmatan oleh pemandangan ini, pun dengan milik Khaotung, dua benda yang mengeras dibawah sana berulang kali bergesekan.

"Firsthhh." Hanya itu, ditengah nafasnya yang tak beraturan, Khaotung hanya menyebut namanya dengan lirih.

"Bisa ga kamu ingat momen ini besok?" Tanya First, satu tangannya terlihat berusaha melepaskan ikat pinggang dan resleting jeans milik Khaotung.

Khaotung sudah tidak tau lagi apakah ini nyata atau mimpi, namun kenikmatan yang ia terima begitu terasa nyata dan sulit baginya menolak.
Remasan tangan dingin itu memberinya sedikit kejutan yang berakhir nikmat, Khaotung tak lagi bisa mendengar suara apapun lagi selain menjadi fokus pada pekerjaan First pada miliknya.
Sangat lembut hingga ia frustrasi.

"Lebih cepeth" Pinta Khaotung, tanpa rasa malu sedikitpun.

First mengabulkannya, dengan bibir bengkak itu kembali ia nikmati.
First mempercepat pergerakkan tangannya dibawah sana, ia tak memiliki kemapuan membantu temannya onani, jadi Khaotung terus mengeluh dan meminta untuk lebih cepat.
Dimana itu lagi-lagi menjadi pesonanya yang First lihat, sosok pria manja yang terus meminta ia  untuk dipuaskan.

Saat tangan Khaotung mencengkram pergelangan tangannya, First tau dia sudah sampai di pelepasannya.
Tubuhnya bergetar untuk beberapa saat sebelum akhirnya tergolek lemah di atas kasur dengan deru napas yang semakin tak beraturan.
First menunggu beberapa menit sampai ia pikir Khaotung cukup mengumpul tenaganya.

"Khao, jangan tidur dulu." First turun dari atas ranjang lalu menarik tangan Khaotung agar ia bangkit dari tidurannya.

Khaotung terlihat berantakan, rambutnya acak-acakan dengan berbagai tanda merah mulai bermunculan di tubuhnya, besok pagi itu akan menjadi lebih buruk lagi.
Tanpa disuruh dua kali, Khaotung mengerti apa yang First inginkan, Feedback.
Ditariknya ikat pinggang  First agar semakin dekat, Khaotungbahkan melebarkan kakinya supaya First bisa berdiri lebih dekat padanya.
Melihat Khaotung yang kesusahan melepaskan ikat pinggangnya, Vegas kemudian membantunya, lalu dengan segera ia menidurkan tubuhnya disamping Khaotung.

-DUDA- (FIRSTKHAO) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang