11.

1.1K 95 11
                                    

Happy reading!!

First bangun lebih awal hari ini, bahkan lebih dulu daripada Khaotung.
Dengan wajah yang masih terlihat mengantuk First berjalan mengelilingi rumah karena berpikir jika Khaotung sudah bangun.
First pun berakhir didepan kamarnya ia ketuk beberapa kali pintu kamar tersebut  tapi tak ada jawaban. Lalu, senyumnya muncul saat menyadari jika pintu kamar Khaotung tidak dikunci.

"Bisa-bisanya dia ga kunci pintu kamar."

First lalu masuk ke dalam kamar, dan memperlihatkan sang pemilik kamar masih lelap tertidur, memeluk sebuah guling dengan kasur yang berantakan. Pengalaman sering tidur bersama Khao bertahun-tahun lamanya memang anak itu tak pernah diam saat tidur.
First menaiki kasur Khaotung  lalu tanpa ba-bi-bu langsung memeluknya.
Khaotung yang mulai terbangun langsung mengeluh, First terlalu berat apalagi lengan itu memeluk perutnya.

"Loh, tau ini saya ya?"

"Lu doang yang tinggal di rumah gua." Khaotung kemudian berusaha melepaskan pelukan First namun yang ia dapatkan adalah pelukan itu dipererat.

"Aku pikir kamu mau nebak Earth loh." First menghirup tengkuk Khaotung lalu mengeluh kenapa dia memiliki bau asam yang menyengat. Tapi bukannya menjauh, First malah semakin menghirupnya.

---

First dan Khaotung kini berada di dapur, keduanya sedang sibuk melihat ponsel untuk membuat masakan baru. Mulai bosan dengan nasi goreng, Khaotung memutuskan untuk memasak hal lainnya.

"Yang gampang aja, keburu pergi kerja elunya." Khaotung kembali mencari video lain, yang sedang ditonton First saat ini terlalu sulit bagi keduanya.

"Ini? Tahu dikasih air sama sayuran gitu, enak kayanya."

Keduanya kembali tenggelam dengan video tersebut, kebetulan semua bahan yang disebutkan dimiliki oleh Khaotung.
Tapi beberapa saat kemudian Amp menelpon First, ponsel yang digunakan menonton video memang miliknya, jadi First meminta maaf dan mengangkatnya segera.

"Halo? Kenapa Amp?"

First menatap Khaotung saat mengangkat telepon dari Amp.

"Hari ini, nanti sebelum kerja saya ke rumah dulu buat ngasih surat gugatannya."

"Iya, kamu juga jangan lupa sarapan."

Khaotung menaikan satu alisnya untuk kalimat terakhir First.

"Ayo mulai masak," ucap First lalu tersenyum mengusak rambut Khaotung

"Amp udah mau dengan sukarela?"

First menganggukkan kepalanya, ia juga tidak tahu kenapa semenjak kemarin Amp memang terlihat mulai menyerah mempertahankan rumah tangga mereka.
Khaotung lalu mengatakan itu bagus, First akan lebih mudah melewati aturan-aturan pengadilan selanjutnya untuk bercerai.
First hanya mengangguk lagi sembari tersenyum canggung, entahlah.
Sebagus itu? Ia sebenarnya masih berharap Amp tetap menunjukkan bahwa dia tak bisa hidup tanpanya.
Entah perasaan balas dendam atau memang First masih menginginkan Amp, siapa yang tau?

----

First menatap kembali berkas berisi surat gugatan cerainya untuk Amp, dia sebentar lagi akan berpisah dengan Amp, hanya beberapa langkah lagi untuk mewujudkannya.
Dia lalu mengangkat kepalanya saat melihat Amp keluar dari rumah dengan senyumnya yang manis, Amp padahal sudah menyuruh sang suami untuk masuk tapi First  tersebut malah memilih tetap di motornya.

"Oke, tapi aku mau tandatangannya nanti. Kita ketemuan lagi di jam makan siang, mau?" Tanya Amp namun langsung ditolak First.

"Yaudah ga papa, nanti siang aku kasih ke Khao aja deh ya ini?" Amp lalu pamit untuk kembali masuk ke rumah yang dulu mereka tinggali bersama.

-DUDA- (FIRSTKHAO) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang