21.

853 63 12
                                    

Happy reading!

Jika Podd bahkan tak bisa menjadikan dirinya sebagai  rumah untuk Khaotung, kemana Khaotung harus pergi?
Jika kali ini pun Khaotung kembali salah memilih, dan menjadi seseorang yang menyakiti orang lain.
Hukuman jenis apa yang pantas ia dapatkan? Patah hati? Ia mendapatkannya satu kali tidak untuk sebuah hukuman, melainkan sesuatu yang First korbankan untuk Amp dan Tin.
Khaotung menyadari bahwa kemarahan Podd memiliki alasan yang jelas, dan ia pun tak bisa menyangkal jika sampai saat ini Podd masih belum bisa mendapatkan hatinya.

Bukan First saja yang jahat, Khaotung pun sama jahatnya.
Benar, ia memulai sesuatu sebelum membereskan masa lalunya, pun harus ia akui bahwa Podd digunakan untuk memastikan apakah dirinya baik-baik saja bila bertemu kembali dengan Amp dan First.

"Kau tidak mengerti apapun, Khaotung." Podd menarik Khaotung  kemudian mendorongnya ke sofa, disamping hiasan kaca kini hancur di lantai. Khaotung sudah babak belur, dia dipukuli tanpa ampun.

"Aku tidak perlu kau jadikan kekasih hanya jika itu tujuanmu. Kau bisa menggunakan aku semaumu tanpa perlu berpura-pura mencintaiku!"

Khaotung berulang kali menghindari wajah Podd, pria itu terus menerus berteriak didepan wajahnya.
Podd kemudian memegang dagu Khaotung, memintanya untuk tetap melihat dirinya yang kini hancur oleh semua obsesi Khaotung pada First.

"Lihat aku, kau merasa First mencampakkanmu dan disini kau mencampakkanku. Tidakkah kau ingin mengatakan sesuatu?"

Selama 30 menit ini, Podd  hanya menyalahkan Khaotung yang memanfaatkan dirinya, juga menyamakan Khaotung dengan First sebagai sosok yang sama-sama bajingan.
Padahal semua berawal dari Amp. Tapi beruntung sekali, ia tak disebutkan sebagai sosok bajingan oleh Podd.

"Bicara Khaotung!"

"Apa yang kau inginkan!" Teriak Khaotung pada akhirnya.

"Kau tak mau mendengarkan penjelasanku," sambungnya dengan suara gemetar menahan tangis.

Khaotung yang hendak bangkit dari duduknya kembali didorong oleh Podd untuk tetap duduk disofa, tangannya lalu kembali melayang memukul wajah Khaotung.

----

Amp sedang berada dikamarnya saat ini, duduk dikasur sembari membaca ulang surat tes DNA satu tahun silam yang menyatakan First sebagai ayah kandung dari Tin.
Itu adalah satu-satunya barang yang bisa menyelamatkan dia dari tuduhan apapun, sudah Amp pastikan setelah Ini Khaotung mungkin akan menyerangnya.
Pesan itu datang setelah Amp menceritakan kisah masalalu mereka.
Amp terlalu kalut kemarin, ia hanya berpikir untuk menyingkirkan Khaotung dan lupa jika Khaotung bmemiliki akses untuk bertemu dengan Ken, keduanya berhubungan.

"Setidaknya dia harus merasakan pembalasanku," gumam Amp lalu kembali memasukan surat tersebut ke dalam nakasnya.

First  sudah sampai dirumah, lalu ia tersenyum pada Amp yang datang untuk membawa tas kerja dan jas kantornya.
Tin sudah tidur malam ini, jadi Amp akan menemani First untuk makan malam sekarang.

"Aku bertemu dengan Podd dan Khaotung tadi."  First memulai cerita hariannya.

"Podd memintaku untuk menjemput Khaotung, tapi saat aku sudah sampai Podd rupanya sudah disana untuk menjemputnya."

"Lalu apa yang aneh?" Tanya Amp, ia terlihat sibuk menyiapkan makan malam sang suami.

"Podd terlihat sedang marah pada Khaotung," jawab First membuat Amp segera menghentikan gerak tangannya.

"Mungkin karena aku?" Amp lalu mengingatkan First tentang rencananya untuk bercerita pada Podd soal masalalu mereka.

First jelas  langsung terkejut, ia tak berpikir Amp akan melakukannya secepat ini.
Podd benar-benar terlihat marah tadi, dan ia sekarang mengkhawatirkan keadaan Khaotung ditangan kakaknya.
Takut terjadi sesuatu hal yang buruk pada Khaotung, First segera bangkit dari duduknya dan mengambil kunci mobil yang sempat ia taruh tadi di meja nakas.

-DUDA- (FIRSTKHAO) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang