Pukul dua dini hari Marsh terbangun karna merasakan perutnya yang terasa sakit. Perasaan Marsha tak enak. Dia mengecek sesuatu di kamar mandi dan ternyata benar dugaanya, dia mengalami menstruasi. Ini bukan tanggal biasanya. Jika biasanya Marsha akan jatuh pada akhir bulan, sekarang tiba-tiba maju sampai tengah bulan.
Marsha kembali naik di atas kasur sambil memegangi perutnya yang terasa sakit, nyeri, keram menjadi satu. Dia ingin membangunkan Zeefan meminta tolong membuatkan teh hangat, tapi tak tega melihat Zeefan sangat lelap dalam tidurnya, jadilah dia menahan rasa sakit ini sendirian.
"Sakit banget," ringis Marsha. Dia meringkuk, meremas perutnya berharap rasa sakit itu berkurang. Dia terus meringis sampai mengeluarkan air mata, saking sakitnya.
Zeefan terusik mendengar ringisan Marsha dan pergerakan yang Marsha lakukan. Zeefan pikir Marsha kembali sulit tidur akibat terbangun, jadi dia menarik tubuh Marsha yang memunggunginya, memeluknya dari belakang. "Udah lanjut tidur aja Sha, udah aku peluk nih," kata Zeefan dengan suara seraknya.
"Sakit Zee." Marsha yang sudah tak kuat akhirnya mengeluarkan keluahannya. Zeefan mengernyit bingung mendengarnya. "Sakit kenapa?" Tanya Zeefan.
"Perut aku sakit banget!" Kata Marsha. Zeefan bangun dan mengintip ke arah Marsha. Dia menjadi panik setelah melihat wajah Marsha yang basah karna air mata.
"Loh sayang kamu nangis? Perut kamu sakit kenapa? Kamu ga ada makan yang aneh-aneh kan tadi? Perlu ke rumah sakit sekarang?" Panik Zeefan sekaligus khawatir.
"Ga ga. Aku ga kenapa-kenapa, jangan ke rumah sakit. Aku cuma lagi dapet aja, tapi sakit banget," jelas Marsha dengan suara tertahan.
"Ke rumah sakit aja ya? Biar di obatin sama dokter," saran Zeefan.
"Ga usah, sampe sana pasti disuruh pulang karena tau aku cuma lagi dapet doang," tolak Marsha.
"Aku bikinin teh anget mau?" Tawar Zeefan yang langsung Marsha angguki bertanda mau.
"Kamu tunggu di sini dulu ya, aku buatin teh buat kamu." Zeefan bergerak turun dari kasur, tapi tertahan. "Aku ikut," ucap Marsha dengan perlahan bangun menjadi duduk.
"Kan perut kamu sakit, tunggu di sini aja ya. Aku cuma bentar kok," kata Zeefan yang masih duduk di tepi kasur.
"Nooo~ aku ikut," kekeuh Marsha. Zeefan hanya mengangguk pasrah menuruti kemuan istrinya itu.
"Sini aku gendong." Dengan senang hati Zeefan menggendong tubuh Marsha yang terasa lemas, menahan sakit. Marsha tak menolak dengan apa yang ingin Zeefan lakukan.
(Dari pinterest)
Zeefan pergi ke dapur dengan Marsha yang ada digendongannya seperti anak koala. Dia ingin menurunkan Marsha selama membuatkan teh, tapi istrinya itu justru tak mau turun dari gendongannya.
"Kalau gini terus aku gimana buatin tehnya?" Tanya Zeefan dengan sabar.
"Tangan satu kan bisa. Katanya kamu kuat, masa gendong aku aja ga kuat?" Balas Marsha. Dia masih tak berniat mengiyakan permintaan Zeefan untuk turun dari gendongan.
"Aku kuat kok," ucap Zeefan yang tak mau terlihat lemah. Akhirnya dengan satu tangan dia menopang berat tubuh Marsha, sedangkan tangan yang lain menyiapkan teh hangat untuk Marsha. Marsha memperhatikan tindakan Zeefan dengan tersenyum kecil.
"Satu gelas teh hangat manis khusus untuk Ratu tercinta yang aku buatkan penuh dengan cinta," ungkap Zeefan dengan dramatis yang membuat Marsha terkekeh geli. "Alay! Makasih paduka raja," ucap Marsha lalu menerima teh hangat itu.
Zeefan duduk di bangku dengan Marsha yang duduk menyamping di pangkuannya. Dengan perlahan Marsha meminum teh itu, sesekali meniupnya merasa panas. "Mau roti juga ga?" Tawar Zeefan, karena melihat ada toples berisi roti malkist. Marsha menggeleng tanda tak mau.
Zeefan mengambil roti itu untuk dirinya sendiri, memakannya sambil memperhatikan Marsha yang asik dengan kegitannya, meminum teh. "Gimana, mendingan?" Tanya Zeefan. Marsha mengangguk.
"Emang sesakit itu ya kalau lagi dapet?"
"Kalau aku biasanya iya. Rasanya sakit banget sampe kayak mau mati."
"Heh mulutnya!" Tegur Zeefan.
"Aku ga pernah nemuin Mama, kalau lagi dapet sesakit itu," lanjut Zeefan.
"Setiap orang beda-beda pas ngrasain sakitnya," kata Marsha.
"Kenapa beda-beda?"
"Ga tau. Udah ih! Jangan tanya-tanya terus!" Kesal Marsha. Zeefan mengatupkan bibirnya, tak lagi bersuara. Efek dari menstruasi ini jug membuat wamita gampang emosi, dan perubahan mood yang tiba-tiba berubah bisa kapan saja terjaid. Dengan inisiatifnya sendiri tangan Zeefan masuk ke dalam baju Marsha, mengelus perut Marsha yang terasa hangat. Marsha yang merasakan tangan Zeefan sesaat tersentak, terkejut. Namun, kemudian dia membiarkan. Justru dia kini bersandar di bahu Zeefan, menikmati elusan dari Zeefan.
Pagi bet nih. Gua tadi kebangun karna kebelet😭😭
Sekarang dah ngantuk lagi, mau lanjut turu.
Dah gitu aja maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERMODEL [END]
Teen FictionKetika kedua orang, lelaki dan perempuan, dipertemukan melalui perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka yang sudah bersahabat cukup lama. Apa Zeefan akan kuat menghadapi Marsha, wanita yang sangat dingin dan cuek bahkan, kulkas 10 pintu...